Polusi dan kemacetan ini menimbulkan efek domino. Ekonomi perkotaan terganggu karena biaya operasional meningkat. Perusahaan logistik mengaku kehilangan produktivitas. Sementara keluarga harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk kesehatan.
Berdasarkan studi transportasi, kemacetan di Jakarta menyebabkan kerugian produktivitas hingga puluhan triliun rupiah setiap tahun. Ditambah dengan biaya kesehatan akibat polusi, angka kerugian semakin membengkak.
Baca Juga: Tanggal Merah Oktober 2025: Cek Jadwal Libur Nasional
Respons Pemerintah
Pemprov DKI menyebut tengah mempercepat penyelesaian proyek galian dan memperketat aturan uji emisi. Namun warga menilai langkah tersebut masih parsial.
"Pemerintah harus punya strategi jangka panjang, bukan hanya solusi jangka pendek," kata seorang pakar kebijakan publik.
Pengamat lingkungan juga mengingatkan agar pembangunan kota tetap memperhatikan aspek hijau.
"Tanpa ruang terbuka hijau yang memadai, polusi akan terus jadi masalah abadi," ujarnya.
Baca Juga: Kasus Wahyudin Moridu dan Dampaknya pada Politik Nasional
Meski berat, ada secercah optimisme. Komunitas hijau di Jakarta makin aktif mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Mulai dari ajakan menanam pohon di halaman rumah, bersepeda, hingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
"Kami percaya perubahan bisa terjadi kalau semua ikut terlibat, bukan hanya pemerintah," kata Sari, relawan komunitas hijau Jakarta.