mutiara

Teks Khutbah Jumat: Carilah Lailatul Qadar pada Malam-malam Ganjil

Jumat, 15 April 2022 | 06:30 WIB
Ilustrasi khutbah jumat tentang Lailatul Qadar. (/Pexels/SHAHBAZ AKRAM)

Hal itu sebenarnya merupakan sebuah perlambang dari suatu capaian ruhani atau perolehan ruhani yang tidak bisa diterangkan.

Suatu saat, ketika Rasulullah Saw. bersabda kepada umatnya yang tengah berkumpul di masjid menunggu-nunggu laylatul-qadr, karena Rasulullah memang tidak pernah menerangkan apa yang dimaksud laylatul-qadr dan kapan terjadinya, maka beliau hanya mengatakan,

“Apa yang kamu tunggu-tunggu insya Allah malam ini datang, karena aku telah melihat dalam visi (ru’yah) bahwa akan ada hujan lebat kemudian aku belepotan lumpur dan basah kuyup oleh air.”

Kemudian, umat yang berkumpul itu pun membubarkan diri. Pada malam itu memang terjadi hujan lebat. Karena bangunan masjid Madinah pada zaman Nabi sangat sederhana, atapnya terbuat dari daun kurma, maka dengan sendirinya air hujan pun masuk ke lantai masjid yang terbuat dari tanah.

Umat yang ada pada saat kejadian tersebut melihat apa yang dikatakan Nabi. Karena beliau sembahyang dalam kuyup. Sementara, muka dan sekujur badannya berlumur tanah liat.

Lalu apa yang dimaksud dengan laylatul-qadr itu oleh Nabi? Karena Nabi mengatakan, “Itulah yang kau tunggu-tunggu.”

Sekali lagi, karena memang persoalan ini adalah persoalan ruhani, maka tidak ada kata-kata yang cukup untuk bisa menjelaskannya.

Hal itu adalah simbol atau perlambang. Kemudian di sinilah terkandung masalah tafsir atau takwil (semiotika).

Bahwa belepotannya Nabi dengan lumpur dan basahnya Nabi dengan air sebenarnya adalah suatu peringatan kepada kita bahwa jenjang paling tinggi dari pengalaman ruhani itu ialah kalau kita sudah kembali ke asal kita.

Dari mana kita berasal? Dari tanah dan dari air, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran:

الَّذِيْۤ أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ. ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّآء مَّهِيْنٍ

Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). (QS Al-Sajdah [32]: 7-8)

Dalam Surah Yâ Sîn juga diingatkan:

أَوَ لَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (QS Yâ Sîn [36]: 77)

Halaman:

Tags

Terkini

Menyambut Ramadhan 2026: Sejarah, Ritual, dan Harapan

Selasa, 23 September 2025 | 18:03 WIB

1 Ramadhan 1447 H Kapan? Simak Perkiraan Puasa 2026

Selasa, 23 September 2025 | 17:44 WIB

Amalan dan Doa Rabu Wekasan 20 Agustus 2025

Selasa, 19 Agustus 2025 | 20:23 WIB