SEWAKTU.com - Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan.
Pasalnya di bulan Ramadhan setiap amalan akan mendapat ganjaran pahala berlipat-lipat ganda.
Anjuran ibadah ini pun lebih ditekankan ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Sebagaimana diketahui, pada sepuluh hari terakhir Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar yang diyakini lebih baik dari malam seribu bulan.
Meskipun sejatinya tidak ada yang tahu pasti kapan malam Lailatul Qadar terjadi. Namun dalam salah satu hadis Rasulullah SAW diriwayatkan:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)." (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha).
Dikutip dari Buku 32 Khutbah Cak Nur berikut naskah Khutbah Jumat dengan tema Metafora Lailatul Qadar.
Sidang Jumat yang terhormat,
Kita akan memasuki sepuluh hari ketiga pada bulan Ramadhan ini. Mari kita mengingat sedikit renungan kita dalam khutbah yang lewat.
Kita telah membicarakan bahwa menurut para ulama, puasa Ramadhan dibagi menjadi tiga jenjang yang mengikuti pembagian per sepuluh hari.
Sepuluh hari yang pertama, adalah jenjang fisik (jasmani). Di mana kita masih terlibat dalam usaha menyesuaikan diri secara jasmani pada kebiasaan baru, menyangkut makan, minum, dan lain-lain.
Di sinilah shiyâm dalam arti menahan diri itu diwujudkan dalam tindakan-tindakan lahiriah yang menjadi bidang kajian fiqih, yang meliputi persoalan batal atau tidak batalnya puasa.
Artikel Terkait
Catat! Berikut Hal-hal yang Bisa Membatalkan Puasa di Bulan Suci Ramadhan
Menjaga Bibir Tetap Lembab Selama Puasa Ramadhan? Ini Dia Tips yang Harus Kamu Lakukan
Doa Niat Puasa yang Benar, Jadi Jangan Dipersulit Ya
Resep Es Campur Panacotta, Minuman Segar Cocok untuk Menu Buka Puasa