Satu Dekade Keluarga Jokowi: Dinasti Politik, Bisnis & Dugaan Korupsi

- Selasa, 24 September 2024 | 10:52 WIB
Dinasti politik di keluarga Jokowi. (Foto/YouTube.)
Dinasti politik di keluarga Jokowi. (Foto/YouTube.)

SEWAKTU.com -- Presiden Jokowi menjadi salah satu dari dua presiden di era reformasi yang berhasil mempertahankan kekuasaan selama dua periode.

Kemunculannya dipandang sebagai sosok pemimpin yang menyentuh dan membela rakyat kecil. Citra Jokowi sebagai "presiden rakyat" memperkuat pengaruhnya dan menjadikannya figur yang dicintai.

Namun, manuver politiknya yang melibatkan keluarganya dalam dunia politik justru melukai citranya sendiri. Jokowi yang semula dianggap jauh dari politik dinasti dan oligarki, kini mulai membangun dinasti politiknya sendiri.

Kesuksesan Jokowi dalam karier politiknya di daerah membuat PDIP melihat potensi Jokowi sebagai calon presiden pada 2014.

Tingginya elektabilitas Jokowi bahkan membuat PDIP mengabaikan janjinya kepada Prabowo yang sebelumnya telah dijanjikan akan dicalonkan sebagai presiden.

Baca Juga: Bocoran Spesifikasi dan Harga Redmi Note 14 Pro dan Redmi Note 14 Pro Plus

Sifat humanis dan kesederhanaan Jokowi menjadi kunci untuk meningkatkan elektabilitasnya dan mendapatkan simpati publik melalui PDIP sebagai kendaraan politiknya.

Jokowi selalu memenangkan kontestasi pemilu, mulai dari Pilkada Solo, Jakarta, hingga dua kali pemilihan presiden.

Namun, pada periode kedua kepresidenannya, situasi mulai berubah. Anak-anak Jokowi dan keluarga dekatnya mulai terjun ke politik, sebuah bidang yang sebelumnya tidak mereka minati.

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, mendaftarkan diri sebagai kader PDIP pada September 2019, hanya sebulan sebelum ayahnya dilantik untuk masa jabatan kedua.

Baca Juga: Bocoran Spesifikasi IQOO 13: Baterai Super Besar, Desain Kelas Premium, Harga Dibanderol Segini

Meski awalnya Gibran pernah menyatakan tidak tertarik pada politik, ia akhirnya maju sebagai calon wali kota Solo, mengalahkan kandidat lain yang sebelumnya telah direkomendasikan PDIP Solo.

Keputusan Gibran untuk maju sebagai calon wali kota menimbulkan kontroversi di internal partai, terutama karena PDIP Solo sudah mencalonkan Ahmad Purnomo dan Teguh Prakosa.

Namun, manuver politik Gibran berhasil memenangkan dukungan para petinggi PDIP, termasuk pertemuannya dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X