Selama tiga dekade kepemimpinannya, Nasrallah memainkan peran penting dalam mengubah Hizbullah dari kelompok milisi menjadi kekuatan politik yang berpengaruh di Lebanon.
Di bawah komandonya, Hizbullah berkembang menjadi organisasi yang memiliki sayap militer kuat dan jaringan politik yang berakar kuat dalam masyarakat Lebanon.
Hizbullah terlibat dalam beberapa konflik bersenjata dengan Israel, yang paling menonjol adalah Perang Lebanon 2006.
Pada perang tersebut, Hizbullah berhasil menawan dua tentara Israel di perbatasan Lebanon-Israel, yang memicu serangan besar-besaran dari Israel terhadap Lebanon.
Baca Juga: Dalam 15 Menit Tel Aviv Israel Luluh Lantak, Iran Disebut Disupport Pakai Senjata Korea Utara
Perang ini berlangsung selama 34 hari, dan meskipun menyebabkan kehancuran besar di Lebanon, Hizbullah dianggap memenangkan "kemenangan moral" dengan berhasil mempertahankan wilayah Lebanon Selatan dan menghentikan pasukan Israel.
Selain perannya dalam perlawanan terhadap Israel, Nasrallah dan Hizbullah juga terlibat dalam berbagai kontroversi.
Salah satunya adalah dugaan keterlibatan Hizbullah dalam pembunuhan Perdana Menteri Lebanon, Rafik Hariri, pada tahun 2005.
Meskipun Hizbullah menyangkal tuduhan ini, seorang anggota mereka dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Internasional pada tahun 2020.
Hizbullah juga terlibat dalam perang saudara Suriah sejak tahun 2012, mendukung rezim Bashar al-Assad.
Keterlibatan ini menimbulkan kritik tajam, baik dari dalam maupun luar Lebanon, karena dianggap memperburuk konflik dan menciptakan ketegangan di dalam negeri.
Setelah kematian Nasrallah, Naim Qassem, salah satu pendiri Hizbullah dan wakil sekretaris jenderal sejak 1991, diangkat sebagai pemimpin sementara organisasi tersebut.
Qassem, yang dikenal sebagai tokoh kunci dalam struktur politik dan militer Hizbullah, lahir di Kafrkila, sebuah kota perbatasan di selatan Lebanon. Karir politiknya dimulai sejak 1970-an, dan ia dikenal karena kedekatannya dengan Imam Musa al-Sadr, pendiri gerakan Amal.
Sebagai sosok berpengalaman, Qassem dipandang mampu memimpin Hizbullah melalui masa transisi ini, meskipun tantangan besar dihadapi organisasi tersebut dalam menghadapi Israel dan situasi politik yang terus berubah di Timur Tengah.
Di masa depan, Hizbullah diperkirakan akan terus memainkan peran penting dalam perlawanan terhadap Israel serta politik regional, di bawah kepemimpinan baru.
Artikel Terkait
Gestur Gibran Rakabuming Raka 'Kikuk' Muncul di HUT TNI ke 79 Bareng Prabowo Ditengah Isu Fufufafa
Mendiang Nike Ardilla 'Manggung' di Synchronize Fest 2024 Bikin Penonton Merinding, Kenapa Lady-Rocker Wafat?
Dalam 15 Menit Tel Aviv Israel Luluh Lantak, Iran Disebut Disupport Pakai Senjata Korea Utara
Prediksi Israel dan AS Gak Berani Serang Balik ke Iran, Kilang Minyak, Gas dan Listrik Israel Bakal Rata Tanah
BENYAMIN NETANYAHU PUSING! Irak Siap Hadang Israel di Lebanon, Pasukan Terbaiknya Meluncur?