Dampak Tarif AS, Karet Rakyat Tak Laku: Petani dan Koperasi Terjepit

- Sabtu, 12 April 2025 | 17:17 WIB
Dampak Tarif AS, Karet Rakyat Tak Laku: Petani dan Koperasi Terjepit
Dampak Tarif AS, Karet Rakyat Tak Laku: Petani dan Koperasi Terjepit

SEWAKTU.com -- Puluhan ton bahan olah karet rakyat (Bokar) terpaksa ditimbun selama dua minggu terakhir di gudang penyimpanan milik koperasi kelompok tani Buah Page, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang.

Bokar tersebut dibeli dari sekitar 100 petani karet yang tersebar di lima desa di kecamatan tersebut.

Karet yang sebelumnya dibeli dengan harga tinggi, yakni Rp13.500 hingga Rp13.800 per kilogram, kini tak dapat dijual karena harga di tingkat pabrik anjlok hingga Rp10.000, bahkan lebih rendah.

Penurunan drastis ini terjadi sejak Rabu pagi, diduga dipicu oleh rencana penerapan tarif resiprokal sebesar 32% oleh Amerika Serikat terhadap produk Indonesia.

“Dampaknya sangat besar. Tiba-tiba harga di lapangan turun sampai Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram. Kami sebagai kelompok tani sangat terpukul.

Barang yang sudah kami beli dari petani, kini tidak bisa dijual,” ungkap salah satu pengurus koperasi.

Harga yang jatuh secara tiba-tiba ini membuat para petani kecewa dan merugi. Mereka terpaksa menahan hasil panen di gudang sambil menunggu harga kembali membaik.

Baca Juga: Festival Songkran, Perayaan Tahun Baru Unik dan Penuh Makna di Thailand

Karet alam atau lateks yang masih bisa dipanen pun dibiarkan begitu saja karena tidak sebanding dengan biaya produksi dan tenaga.

Kondisi ini mengancam keberlangsungan koperasi. Sebab, setelah membeli dari petani saat harga tinggi, kini koperasi harus menjual ke pabrik dengan harga rendah.

Jika kondisi ini terus berlanjut, koperasi pun terancam bangkrut.

Padahal, petani di wilayah ini telah mengikuti standar mutu yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan (Disbun) agar harga jual karet mereka bisa lebih baik.

Namun sayangnya, tidak ada dukungan fasilitas atau solusi konkret dari pemerintah saat harga anjlok.

“Kami sudah buat sesuai standar pemerintah, tapi kenapa kami tidak dibantu? Kami ini masyarakat kecil, hanya mengandalkan hasil dari menyadap karet. Tolong carikan solusi,” keluh seorang petani.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rehan Fahlevi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X