SEWAKTU.com -- Ledakan dahsyat terjadi saat proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI AD di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, pada Senin (13/5) sekitar pukul 09.30 WIB. Insiden tersebut menewaskan 13 orang, di mana 9 di antaranya merupakan warga sipil.
Menurut keterangan Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Wahyu Yudayana, ledakan terjadi saat tim tengah menyusun sisa detonator di lubang tambahan yang disiapkan untuk penghancuran.
Meski prosedur awal telah dijalankan sesuai aturan, ledakan mendadak terjadi ketika personel masih berada di dalam lubang.
“Saat tim menyusun detonator dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan korban jiwa,” ujar Wahyu dalam keterangan resminya.
Salah satu warga sekitar, Hilmi, mengaku mendengar tiga kali ledakan dari lokasi. Ia mengatakan bahwa suara ledakan bukan hal asing di desanya karena pemusnahan amunisi kerap dilakukan di kawasan tersebut.
Baca Juga: 10 Smartwatch Terbaik 2025, Spesifikasi dan Fitur Terbaru, Harga Mulai Rp 800 Ribuan
“Tiga kali ledakan, yang kedua paling besar. Tapi kami sudah biasa dengar ledakan di sini,” ucap Hilmi.
Insiden di Garut ini menambah daftar panjang kasus ledakan amunisi TNI dalam beberapa waktu terakhir. Pada 5 Mei lalu, sebuah truk TNI bermuatan amunisi terbakar di Tol Gempol, Pasuruan, menewaskan satu prajurit dan melukai satu lainnya.
Sebelumnya, pada 30 Maret 2024, ledakan amunisi kedaluwarsa di Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Ciangsana, Bogor, menyebabkan kerusakan puluhan rumah warga.
Pengamat militer dari Imparsial, Al-Araf, menyebut rentetan insiden ini menunjukkan perlunya evaluasi serius terhadap pengelolaan amunisi TNI, termasuk lokasi penyimpanan dan proses pemusnahannya. Ia juga menekankan pentingnya investigasi independen.
“Investigasi harus melibatkan lembaga sipil, terutama karena ada korban dari masyarakat. Perlu dilihat apakah ada kelalaian atau kesalahan prosedur,” ujarnya.
Al-Araf menambahkan, semakin sempitnya jarak antara fasilitas militer dan permukiman warga menambah risiko jatuhnya korban dari kalangan sipil.
Ia menilai insiden ini harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan amunisi dan wilayah pertahanan.
Pihak TNI sendiri hingga kini belum mengumumkan hasil penyelidikan internal terkait penyebab pasti ledakan dan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Masyarakat pun mendesak transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan kasus ini.
Artikel Terkait
Paus dari Amerika: Robert Francis Prevost Jadi Paus Leo XIV, Pemimpin Baru Gereja Katolik Dunia
Fenomena Baru! Artis Panen Uang dari Konten Eksklusif Instagram
Igun Siap Berangkat Haji: Fokus Ibadah dengan Hati yang Khusyuk dan Doa Khusus
Operasi Brantas Jaya: Polisi Ungkap Jaringan Premanisme di Jantung Ibu Kota