Bandung Memanas: Gas Air Mata Warnai Aksi Mahasiswa, Kebebasan Bersuara Dipertanyakan

- Kamis, 4 September 2025 | 12:00 WIB
Asap gas air mata mengepul di sekitar kampus Bandung saat aksi mahasiswa menolak kebijakan tunjangan DPR berujung ricuh. Puluhan mahasiswa dilaporkan luka dan harus mendapatkan perawatan medis. (Foto/X)
Asap gas air mata mengepul di sekitar kampus Bandung saat aksi mahasiswa menolak kebijakan tunjangan DPR berujung ricuh. Puluhan mahasiswa dilaporkan luka dan harus mendapatkan perawatan medis. (Foto/X)

SEWAKTU.com - Situasi di Kota Bandung memanas setelah aksi ribuan mahasiswa dari berbagai kampus memadati kawasan sekitar Universitas Islam dan Universitas Pasundan pada Senin (1/9/2025). Aksi yang semula berlangsung damai berubah ricuh ketika aparat kepolisian menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa, memicu kepanikan di sekitar area kampus.

Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa pada awalnya bertujuan untuk menolak kebijakan pemerintah yang memberikan tunjangan besar bagi anggota DPR. Hal ini menjadi sorotan karena adanya krisis ekonomi yang masih membebani masyarakat. Mereka bertahan di depan gerbang kampus hingga sore hari, menolak untuk membubarkan diri meski telah diimbau aparat. Ketegangan memuncak ketika tembakan gas air mata dilepaskan. Para mahasiswa mengalami sesak napas, luka-luka, bahkan ada yang pingsan dan terinjak-injak ketika mencoba melarikan diri dari kerusuhan. Kejadian tersebut menyebabkan puluhan mahasiswa menjadi korban.

Sejumlah saksi mata menuturkan bahwa suasana yang awalnya kondusif berubah menjadi kepanikan massal. Banyak mahasiswa harus dievakuasi ke posko medis darurat dan rumah sakit terdekat. Beberapa di antaranya mengalami trauma psikologis akibat insiden tersebut. Mereka menilai penggunaan gas air mata di lingkungan kampus sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Tegas! Partai Nasdem Minta DPR Setop Gaji dan Fasilitas Ahmad Sahroni serta Nafa Urbach

Organisasi yang mengamati hak asasi manusia menilai bahwa tindakan aparat dalam menghadapi aksi di Bandung sudah keterlaluan. Desakan agar pemerintah segera melakukan investigasi semakin menguat, terlebih setelah Kantor HAM PBB meminta jaminan keamanan bagi para mahasiswa yang terlibat aksi.

Meski menuai kritik dari berbagai pihak, pihak kepolisian membantah tuduhan penggunaan kekuatan berlebihan. Dalam keterangannya, polisi menyebut upaya persuasif telah ditempuh sebelum tindakan tegas diambil. Aparat berdalih bahwa situasi sudah tidak terkendali dan sejumlah peserta aksi mulai melakukan perusakan fasilitas umum, sehingga langkah pembubaran massa dianggap perlu dilakukan untuk menjaga keamanan.

Insiden ini menambah daftar panjang bentrokan antara aparat dan mahasiswa yang terjadi di sejumlah kota besar lainnya seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Laporan dari lembaga pemantau hak asasi mencatat sedikitnya 20 orang hilang dan puluhan lainnya mengalami luka sejak gelombang protes nasional dimulai pekan lalu.

Baca Juga: Pasca Demo di DPRD Pati Memanas, Personel Polri Sigap Bersihkan Area dan Pulihkan Kondisi

Seorang pengamat politik berpendapat bahwa pemerintah harus mengambil langkah untuk meredakan ketegangan agar situasi tidak semakin memburuk. Menurutnya, aspirasi masyarakat adalah bagian penting dari demokrasi dan harus dihargai, karena mendengar suara rakyat berarti menjaga masa depan bangsa.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Candra Cahya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X