SEWAKTU.com -- Iran baru-baru ini melancarkan serangan balasan ke target militer Israel, menyerang pangkalan udara dan pusat intelijen Israel dengan tembakan rudal hipersonik generasi terbaru.
Serangan ini dipicu oleh pemboman konsulat Iran di Damaskus pada 1 April yang dilakukan oleh Israel, yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal.
Panglima Garda Revolusi Iran, Jenderal Hin, bersumpah untuk membalas serangan Israel yang dianggap melanggar teritori Iran.
Baca Juga: Nino: Pilih Pemimpin yang Berpengalaman, Jaro Ade Pilihannya
Ribuan warga Iran turut mengiringi pemakaman para anggota Garda Revolusi dengan meneriakan kecaman pada Amerika Serikat dan Israel, sambil menyuarakan dukungan mereka untuk kemerdekaan Palestina.
Namun, tanggapan dari sekutu Israel, Amerika Serikat, menunjukkan pergeseran dinamika geopolitik.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa AS enggan membantu Israel merespons balik serangan Iran, meskipun tetap mendanai Israel dengan dana segar sebesar 14 miliar dolar.
Israel sendiri masih berdebat tentang langkah yang akan diambil menyusul serangan Iran.
Baca Juga: Status Erupsi Gunung Api Ruang Naik ke Siaga Level III, Ratusan Warga Dievakuasi BNPB
Kabinet perang Israel terpecah antara yang menyerukan serangan balasan langsung dan yang memilih untuk menunggu.
Ketegangan geopolitik ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global, termasuk di Indonesia, dengan potensi gangguan terhadap pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Meskipun Iran mengklaim bahwa operasi balasannya terhadap Israel telah selesai, mereka menyatakan kesiapan untuk bertindak lebih lanjut jika Israel melakukan serangan balik. Iran juga meminta AS untuk tidak ikut campur dalam konflik ini.
Situasi di dalam negeri Iran pasca serangan balasan menunjukkan bahwa masyarakat Iran tetap tenang dan percaya bahwa Israel tidak akan melakukan serangan balasan.
Dukungan terhadap operasi anti-Israel masih kuat, dan kehidupan sehari-hari berjalan seperti biasa.