4. Kasus Barang Mahal
Kasus viral lainnya melibatkan seorang pemuda yang sepatunya dikenakan bea cukai masuk fantastis.
Bea Cukai mengklaim bahwa hal tersebut disebabkan oleh under invoicing, namun pemilik barang membantah klaim tersebut. Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan keadilan dalam proses bea masuk.
Kasus-kasus ini menyoroti beberapa masalah dalam sistem Bea Cukai Indonesia, termasuk kurangnya transparansi, kesulitan akses, dan kurangnya responsivitas terhadap keluhan masyarakat.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas impor dan penyerahan barang, Bea Cukai perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap proses kerjanya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.