SEWAKTU.com -- Tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa pelajar SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang, Jawa Barat.
Tidak hanya menggores luka di hati keluarga korban, tetapi juga memperlihatkan kisah pilu Dimas, salah satu korban yang turut tewas dalam kecelakaan maut tersebut.
Dimas, seorang pelajar yang berencana ikut acara perpisahan, terpaksa menjadi kuli angkut pasir untuk mendapatkan uang tambahan.
Kejadian pilu itu menunjukkan betapa besarnya tekad Dimas untuk bisa ikut serta dalam acara perpisahan yang diimpikannya.
Baca Juga: Pemakaman 5 Siswa dan 1 Guru SMK Lingga Kencana Depok, Pergi Senang Pulang Berpisah Selamanya
Kecelakaan maut yang menelan 11 korban jiwa ini, termasuk Dimas, Mahesya Putra, dan Intan Rahmawati, menghantam kedukaan di lingkungan mereka.
Terbayang bagaimana kediaman Dimas, dengan karangan bunga dari Kapolda Jawa Barat, berdampingan dengan kediaman Intan Rahmawati, menanti kedatangan jenazah yang tak akan pernah pulang.
Mariah, Bude Dimas, menceritakan tentang sosok keponakannya yang baik hati. Dimas, yang merupakan anak ketiga, memiliki semangat tinggi untuk bekerja dan meraih mimpi.
Meski harus menjadi kuli angkut pasir untuk mencari uang tambahan, Dimas tetap bahagia dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan berbagi kebahagiaan dengan ibunya, mengatakan bahwa setelah lulus ia ingin bekerja.
Baca Juga: Siapa Pemilik Bus Trans Putera Fajar yang Tewaskan 11 Siswa di Ciater? Bus Tua Buatkan Tahun 2006
Kisah Dimas yang rela berjuang demi meraih mimpi dan membantu keluarganya mencari nafkah menjadi gambaran keuletan dan semangat juang yang patut diapresiasi.
Kisah perjalanan hidupnya tetap menginspirasi untuk terus berjuang dan menghargai setiap momen yang diberikan. Semoga Dimas dan korban lainnya mendapatkan kedamaian di alam sana.