Lonjakan harga beras terasa langsung di meja makan rakyat. Banyak rumah tangga mengurangi konsumsi beras atau menggantinya dengan pangan lain.
UMKM kuliner juga terimbas.
"Saya jual nasi uduk, kalau beras mahal, harga jual harus naik. Kalau enggak, rugi. Tapi kalau naik, pelanggan kabur,” kata Dewi, pedagang di Depok.
Inflasi & Risiko Nasional
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, menyebut kenaikan harga beras bisa mendorong inflasi pangan di atas target pemerintah.
"Ini berisiko ke stabilitas ekonomi karena daya beli masyarakat kecil tertekan," ujarnya.
Beras menyumbang bobot besar dalam penghitungan inflasi. Jika kenaikan berlanjut, pemerintah harus menyiapkan bantalan fiskal tambahan.
Baca Juga: Peringati Hari Tani Nasional 2025: Refleksi Agraria, Teknologi, dan Kedaulatan Pangan di Era Digital
Respons Pemerintah
Kementerian Perdagangan menegaskan harga eceran tertinggi (HET) tetap berlaku. Bulog berencana melepas 1,5 juta ton beras ke pasar melalui operasi besar-besaran.
Selain itu, bansos pangan seperti PKH dan BPNT juga akan dipercepat penyalurannya agar bisa membantu keluarga miskin menghadapi kenaikan harga.
Kenaikan harga beras meski produksi tinggi menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal panen, tapi distribusi dan manajemen stok. Masyarakat berharap pemerintah bergerak cepat agar harga kembali stabil.***