SEWAKTU.com - Setelah sempat berada di zona merah, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) akhirnya bangkit. Perusahaan e-commerce yang sempat dikenal “berdarah-darah” akibat tingginya biaya operasional itu kini mencatatkan laba bersih Rp2,91 triliun di kuartal III-2025.
Kabar ini mengejutkan banyak pihak karena di periode yang sama tahun lalu, Bukalapak justru rugi Rp597,35 miliar.
Tapi di balik lonjakan fantastis itu, ada strategi sunyi yang jarang dibicarakan: efisiensi ekstrem dan manuver investasi cerdas.
Dari Bakar Uang ke Hemat Uang
Beberapa tahun terakhir, istilah “bakar uang” lekat dengan dunia startup, termasuk Bukalapak. Namun 2025 menjadi titik balik.
Baca Juga: Bangkit dari Rugi, Begini Cara Bukalapak Cetak Laba Triliunan di 2025
Perusahaan memutuskan untuk berhemat besar-besaran, termasuk memangkas jumlah pegawai hampir separuh.
Per September 2025, jumlah karyawan tinggal 543 orang, turun tajam 46% dibanding akhir 2024 yang masih 1.018 orang.
Langkah ini bukan tanpa risiko. Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kerap berdampak pada moral dan kinerja tim. Namun, manajemen melihat ini sebagai pilihan strategis agar bisnis tetap bernafas panjang.
Hasilnya terlihat jelas: pengeluaran untuk karyawan turun 47,21% menjadi Rp210,69 miliar. Beban umum dan administrasi pun ikut menyusut 58,37% menjadi Rp361,34 miliar.
Dengan efisiensi besar ini, Bukalapak akhirnya bisa mengendalikan arus kas dan menutup “kebocoran” biaya yang selama ini menggerus profit.
Pendapatan Naik, Tapi Bukan Faktor Utama
Menariknya, pencapaian laba triliunan bukan karena lonjakan penjualan besar.
Pendapatan Bukalapak hanya naik 39% menjadi Rp4,73 triliun, sedangkan beban pokok naik lebih tinggi 55,37% menjadi Rp4,35 triliun.