Bobby Nasution Turun Tangan, Rekomendasi Penutupan Dikeluarkan
Isu ini tidak berhenti di level kabupaten. Gubernur Sumatra Utara, Bobby Nasution, bergerak cepat.
Pada 24 November 2025, ia bertemu dengan masyarakat adat yang mengaku terdampak aktivitas perusahaan, pemuka gereja, hingga komunitas pendamping.
Hasilnya adalah pernyataan yang membuat situasi mencuat secara nasional:
"Operasional TPL kami rekomendasikan untuk ditutup.”
Menurut Bobby, konflik agraria di Buntu Panaturan, Desa Sihaporas, telah berlangsung terlalu lama dan tidak ada progres signifikan dari pihak perusahaan maupun pemerintah pusat. Karena itu, langkah penutupan dianggap paling memungkinkan.
Rekomendasi itu langsung dikirim ke pusat, meski keputusan final berada di tangan kementerian terkait.
Pada 26 November, TPL menghadiri RDP bersama Komisi XIII DPR dan Kemenkumham, namun belum ada keputusan yang memuaskan masyarakat.
Baca Juga: Struktur Saham TPL 2025 Terungkap, Ternyata Pengendalinya...
Perjalanan Panjang TPL: Dari Indorayon ke Perusahaan HTI Modern
Untuk memahami kompleksitas persoalan, penting melihat sejarah perusahaannya. TPL bukan pemain baru.
Perjalanan singkat perusahaan:
- Didirikan pada 1983 sebagai PT Inti Indorayon Utama
- Pendiri: pengusaha Sukanto Tanoto
- Resmi berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari pada 2004
- Listing di Bursa Efek Indonesia sejak 1990
- Fokus usaha: bubur kertas, pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI), bahan kimia dasar
Selama lebih dari dua dekade, perusahaan ini sudah beberapa kali terseret isu lingkungan dan konflik sosial. Kontroversi sejak masa Indorayon masih membekas di memori publik.
Konflik dengan Masyarakat Adat: Masalah Tak Berujung
Konflik terbesar TPL berasal dari sengketa dengan masyarakat adat Lamtorus Sihaporas. Perselisihan dimulai tahun 2018, namun ketegangannya terus mengeras hingga 2025.