- Keberanian mengambil keputusan cepat.
- Kemampuan membaca peluang di tengah kesulitan.
Kualitas inilah yang kelak membuatnya berbeda dari pebisnis lain.
Pada 1967, Sukanto memulai langkah awalnya dengan memasok suku cadang dan menyediakan jasa konstruksi untuk industri minyak. Bukan bisnis besar, tetapi cukup untuk membuka jalan ke dunia usaha.
Titik balik terjadi pada 1972. Saat krisis minyak melanda dunia dan harga melambung, banyak bisnis terkena dampaknya.
Namun bisnis jasa konstruksi dan pasokan barang justru mendapatkan limpahan proyek. Dari sinilah modal serta pengalaman Sukanto bertambah.
Ia melihat bahwa peluang besar sering tersembunyi di tengah krisis. Pandangan itu membuatnya berani melompat ke sektor baru.
Ketika mempelajari industri kehutanan, Sukanto menemukan fakta menarik: Indonesia mengirim kayu log ke Jepang dan Taiwan, namun produk jadinya justru dibeli kembali oleh Indonesia dengan harga lebih tinggi.
Gagasan sederhana ini melahirkan keputusan besar: membangun pabrik plywood swasta pertama di Indonesia. Tentu perjalanan administratif pada masa Orde Baru tidak mudah.
Namun setelah menjalin hubungan dengan pihak militer, khususnya seorang jenderal yang memberikan dukungan, impian mendirikan pabrik itu akhirnya terwujud pada 1973.
Pabrik inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Raja Garuda Mas (RGM), yang kini dikenal sebagai Royal Golden Eagle (RGE).
Ketika bisnis kayu berjalan sukses, Sukanto tidak membiarkan dirinya terjebak zona nyaman. Ia memperluas bidang usaha ke berbagai sektor strategis.
Melalui Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL), Sukanto membangun bisnis pulp dan kertas berskala internasional yang kini menjadi salah satu pemain terbesar di Asia.
Asian Agri dan Apical - Kekayaan dari Minyak Sawit
Perusahaan ini memproduksi minyak sawit mentah (CPO), mengolah produk hilir, dan mengekspor komoditas ke berbagai pasar dunia.
Pacific Oil & Gas - Menjajal Energi Bersih