Persoalan ekonomi tentu adalah masalah utama. Tapi ada hal lain yang dia ceritakan di luar prediksi saya.
"Mbak, pelanggan saya itu banyak. Mereka menemui saya dgn tujuan yang tidak sama. Mereka juga memperlakukan saya tidak sama. Mereka datang kepada saya dengan kondisi yang juga berbeda".
"Saya harus bersiap siap, jika yang datang biasanya kasar. Saya sudah punya strategi, yang penting cepet saja".
"Ada juga loh mbak, yang cuman datang untuk diajak ngobrol. Biasanya mereka sedang punya masalah dengan istri mereka. Yang begini aman, tinggal didengerin dan dibelai-belai"
"Yang saya suka ngenes gak tega itu, ada pelanggan saya yang cacat kakinya. Sudah cacat mukanya juga jelek. Kasihan saya mbak. Mana ada yang mau sama dia mbak. Saya berfikir, mungkin hanya ini yang bisa membuat dia senang. Saya harus bagaimana mbak? Kasihan kan?"
Saya diam saja. Pada saat itu saya belum memahami terlalu dałam karana belum menikah. Saya melihat dalam wajahnya ada penyesalan, tapi juga rasa telah melakukan hal lain dalam profesinya. Saya bisa bayangkan kecantikannya dulu, karena di usia 60 an pun dia masih cantik.
Hal lain yang saya amati di lingkungan ini adalah kesadaran yang besar para perempuan untuk menjaga tubuh mereka. Jadi, setiap sore saya dan kawan saya ikut senam erobik di sebuah sanggar milik seorang mantan pelacur yang kaya raya.
Dalam obrolan khas ibu-ibu itu saya mendengar berbagai tips untuk tetap bugar. Jadi, minum jamu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehdiupan mereka.
Dari uraian saya ini, saya ingin berbagi pesan. Bahwa, persoalan perzinahan dan pelacuran adalah persoalan yang mengandung unsur keniscayaan. Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri untuk membantu mereka keluar dari lingkaran setan ini.
Tak hanya tentang ketersediaan dan permintaan yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Ada persoalan besar lain yang menjadi latar belakang. Jika ditelusuri, tentu akan muncul berbagai faktor pendorong.
Namun dalam utas ini saya ingin menyampaikan pendapat saya (1) Pendidikan adalah jembatan utama yang akan membantu mereka. Terutama para remaja dan anak-anak rawan sergapan para germo. Kok bisa?
Ya, para germo ini sudah mengincar mereka sedari kecil.
Saya menyaksikan dan mendengar sendiri transaksi seksual seseorang berplat Jakarta datang ke desa untuk mendatangi seorang gadis belia dengan janji dibelikan ini itu. Jika bukan karena penghubung, dari mana tua bangka itu tahu?
Dari semua faktor yang kami analisis, saya dan kana saya memutuskan untuk membuat program beasiswa yang uangnya dikumpulkan dari warga. Hal ini harus melibatkan warga karena kami di saną tidak untuk selamanya.
Menyatukan masyarakat untuk program kamipun bukan hal yang mudah. Mungkin saya bisa cerita lain kali saja.