“Jikalau aku melihat wajah anak-anak di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar “Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!”
Aku bukan lagi melihat mata manusia Aku melihat Indonesia”. Soekarno.
“Tetangga kita itu memang harus dilawan, mentang-mentang janda prajurit, seluruh desa suka berlebihan menghormatinya.” Sapardi Djoko Damono.
“Mari memesan tiket bus untuk pulang ke desa, kita sudah tak layak hidup di kota mayat ini.” Imam Budiman.
Baca Juga: Soal Konflik Desa Wadas Purworejo, Rocky Gerung: Ganjar Pranowo Ini Doyan Sekali Rusak Lingkungan
“Tapi perlahan-lahan sang pangeran mulai terbiasa dengan keberadaan gadis desa itu . Awalnya dia merasa gadis itu teman bicara yang menyenangkan, dan dia mulai menyadari dia suka melihat gadis itu tersenyum dan tertawa, dia mulai meletakkan kepentingan gadis itu diatas kepentingannya sendiri, dia mulai berharap gadis itu juga merasakan apa yang dirasakannya. Ilana Tan.”
“Internet menjadi alun-alun kota untuk desa global masa depan.” Bill Gates.
“Kau lihat , ketika si gadis desa mulai menjadi pelayan pribadi sang pangeran , pada awalnya sang pangeran sama sekali tidak ingin berurusan dengannya. Dia mengganggap gadis itu adalah malaikat kegelapan yang akan mematahkan kakinya yang satu lagi , bahkan kedua tangannya, kalau gadis itu terus berada di dekatnya.” Ilana Tan.
“Pergilah kau kepada Bapa Tantripala di Desa Kapundungan. Belajarlah kau baik-baik di sana. Kau seorang tani. Itu kau jangan lupa. Biar kau sudah dibenarkan Bapa Tantripala untuk meninggalkan rumahnya, kau harus ingat: kau seorang tani.” Pramoedya Ananta Toer.
“Buku adalah jendela dunia yang bisa membawa anak-anak di desa terpencil ke berbagai tempat” Ken Terate.
“Mau jadi apa bangsa ini kalo aparat desa seperti bapak nggak produktif dalam bekerja.” Netty Virgiantini.
“Nyala jerami seperti jemari yang menyala diam-diam, desa masih bertenaga.” Mustofa W. Hasyim.
Baca Juga: Rakyat Wadas Ditangkapi, Netizen Serbu Akun Ganjar: Bukan Capres Panutan!
“Pasir di pelataran masjid, teraduk-aduk pertempuran reruntuhan gunungan dipungut satu demi satu senyum dan sedikit tawa membilas jiwa letih karena menunggu lalu, desa-desa tak bakalan sunyi “Kami segera pulang kembali.”. Mustofa W. Hasyim.
“Saya sendiri, saya hanyalah anak desa sederhana yang menghabiskan waktu di jalanan dan mengembangkan gaya menulis dan nge-rap serta suara keren yang tampaknya disukai orang.” Big Smo.