SEWAKTU.com – Pada hakikatnya, wanita adalah sesosok manusia yang dianggap lemah. Banyak pandangan mata dari banyak orang bahwa wanita itu hidup di bawah kungkungan peraturan dan laki-laki.
Tentu itu tidaklah benar. Kaum wanita harus mampu berdiri sendiri dan memperjuangkan haknya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
Dari rahim seorang wanitalah para generasi yang akan melanjutkan perjuangan bangsa dilahirkan. Tanpa seorang ibu, tentu tidak akan ada kita di dunia ini. Maka kita tidak boleh seenak hati bersikap kepada wanita, terutama ibu.
Hari Ibu Nasional yang jatuh pada 22 Desember mendatang menjadi peringatan bahwa, kita tidak bisa hidup tanpa seorang ibu. Banyak perjuangan ibu yang dikerahkan untuk kita agar hidup kita lebih baik lagi.
Baca Juga: Booyah! Kode Redeem FF 4 Desember 2021, Gasak Sekarang Juga Puluhan Kodenya!
Di Indonesia sendiri, pahlawan ternyata tidak hanya seorang lelaki saja yang berjuang di medan perang. Tetapi ada juga pahlawan wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita agar mendapatkan wibawa serta tahta wanita.
Salah satu tokoh pahlawan wanita adalah Dewi Sartika. Dewi Sartika dilahirkan pada 4 Desember 1884 dari pasangan yaitu R. Rangga Somanegara dan R.A. Rajapermas.
Dewi Sartika lahir dari keluarga priyayi terpandang. Tidak heran bahwa dirinya mendapatkan pendidikan yang tepat dan cukup sehingga ia menjadi sesosok wanita yang hebat.
Mengutip dari infobiografi, sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bahwa ia sangat mencintai dunia pendidikan. Ia tidak mengenal kata lelah untuk belajar, membaca tulis atau bahkan membantu anak-anak untuk mendapatkan pengetahuan juga.
Baca Juga: Menu Sarapan Terbaik Untuk Kamu Lebih Sehat dan Aktivitas Harimu Lebih Berenergi
Ia senang ketika berperan sebagai guru dan mengajarkan ilmu dan kemampuannya kepada orang-orang yang belum mampu memahami. Kecintaannya terhadap dunia pendidikan terus berlanjut hingga ia dewasa.
Dikutip melalui kompas, Dewi Sartika diasuh oleh keluarga pamannya dan diperlakukan tidak baik. Ia diperlakukan seperti seorang pelayan karena kasus sang ayah di diasingkan dan dianggap sebagai aib keluarga.
Dimulai dari kondisi dirinya sendiri, ia berpikir bahwa, wanita tidak seharusnya diperlakukan tidak adil. Kedudukan wanita dan pria itu tidak ada yang lebih rendah maupun lebih tinggi.
Kedunya memiliki kedudukan dan hak serta kewajiban yang sama dalam memperjuangkan keinginan dan mimpinya.
Artikel Terkait
Ini Dia Tokoh Dibalik Lahirnya Hari Ibu Nasional
Sejarah Hari Ibu 22 Desember di Indonesia
15 Kata-Kata Ucapan Hari Ibu yang Sangat Menyentuh Hati
Menjelang Hari Ibu, Yuk Habiskan Waktu Bersama Ibumu Untuk Tonton Film Kasih Sayang Seorang Ibu
Jelang Hari Ibu Nasional: Sederhana Dan Bermanfaat, Inilah Beberapa Ide Hadiah Untuk Ibu