Baca Juga: Aplikasi Kuncie dan Fita Besutan Telkomsel Raih Penghargaan di Google Play Award 2021
Ditambah faktor-faktor eksternal seperti berkembangnya feodalisma yang menempatkan wanita sebagai lambang status seorang pria dan pernikahan paksa dan pernikahan anak di bawah umur juga menjadi faktor bahwa dirinya harus memperjuangkan hak wanita.
Akhirnya, pada 16 Januari 1904 Sekolah Istri berdiri ketika sudah mendapatkan izin dari Bupati Bandung Martanegara.
Dikutip melalui infobiografi, perjuagnan Sekolah Istri ini tidaklah mudah. Karena masih banyak orang yang menganggap bahwa pendidikan untuk wanita itu tidaklah penting.
Bahkan awalnya, murid dari Sekolah Istri hanya berjumlah 20 orang saja. Meski demikian, Dewi Sartika tidak lelah dan terus mengajarkan banyak pelajaran kepada kaum wanita di sana.
Baca Juga: Google Akan Salurkan Pinjaman Miliaran Rupiah Kepada Perempuan Pelaku UMKM di Indonesia
Dewi Sartika berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pelajaran yang berharga dan mengajarkan bagaimana seorang wanita agar menjadi seorang ibu yang luar biasa.
Ia mengajarkan untuk menjadi seorang ibu yang pintar sekaligus mampu membina rumah tangga dan mendidik anak-anak mereka kelak untuk menjadi generasi penerus bangsa yang hebat.
Pada tahun 1912, Sekolah Istri akhirnya sudah memiliki 9 cabang di Kota dan Kabupaten.
Melansir melalui kompas, Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam. Ia mendapatkan gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Keutamaan Istri (Sekolah Istri).
Dan pada 1 Desember 1966 Dewi Sartika diakui sebagai pahlawan wanita nasional. ***
Artikel Terkait
Ini Dia Tokoh Dibalik Lahirnya Hari Ibu Nasional
Sejarah Hari Ibu 22 Desember di Indonesia
15 Kata-Kata Ucapan Hari Ibu yang Sangat Menyentuh Hati
Menjelang Hari Ibu, Yuk Habiskan Waktu Bersama Ibumu Untuk Tonton Film Kasih Sayang Seorang Ibu
Jelang Hari Ibu Nasional: Sederhana Dan Bermanfaat, Inilah Beberapa Ide Hadiah Untuk Ibu