Metode tersebut dikatakannya telah dipatenkan secara resmi dan berfokus pada kombinasi antara nutrisi molekuler, herbal alami, serta pola makan berbasis nilai-nilai spiritual.
Tifa menilai, penyakit berat seperti autoimun dapat disembuhkan bukan hanya melalui pengobatan medis, tetapi juga lewat perubahan gaya hidup dan pola pikir positif.
Ia menegaskan bahwa penyembuhan sejati hanya bisa terjadi apabila seseorang menjalani kehidupan yang lebih jujur, bersih, dan penuh penyesalan atas kesalahan masa lalu.
Pernyataan ini membuat publik semakin penasaran.
Baca Juga: Diam-diam Hapus Foto Bersama, Ada Apa dengan Rumah Tangga Putri Tanjung dan Guinandra?
Tak sedikit yang mendukung gagasan kesehatan holistik tersebut, namun banyak pula yang menganggapnya berlebihan dan spekulatif.
Di tengah ramainya isu kesehatan, pihak terdekat Jokowi akhirnya memberikan klarifikasi.
Mereka menegaskan bahwa kondisi mantan presiden baik-baik saja dan hanya mengalami alergi kulit ringan.
Kendati demikian, rumor mengenai penyakit autoimun terus bergulir di media sosial, terlebih karena banyak warganet merasa penampilan Jokowi terlihat berbeda dalam beberapa kesempatan publik.
Kontroversi ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh figur seperti Dokter Tifa di ruang digital.
Meski bukan bagian dari tim medis kepresidenan, pendapatnya sering dianggap serius karena latar belakang akademiknya yang kuat.
Dokter Tifa bukan sosok sembarangan di dunia kesehatan.
Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) dan memiliki gelar Master of Science di bidang epidemiologi dari universitas yang sama.
Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Indonesia dan sempat belajar di pusat pengetahuan kesehatan di Norwegia.
Dalam karier profesionalnya, ia pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Center for Clinical Epidemiology & Evidence RSCM Jakarta, serta menjadi Sekjen Indonesian Clinical Epidemiology & Evidence-Based Medicine Network.