SEWAKTU.com -- Museum Radya Pustaka adalah salah satu museum tertua di Indonesia yang menyimpan berbagai artefak dan naskah kuno yang berharga.
Terletak di Surakarta, Jawa Tengah, museum ini merupakan pusat kebudayaan yang kaya akan sejarah dan tradisi Jawa.
Didirikan pada tahun 1890, museum ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang budaya dan peradaban Jawa.
Museum Radya Pustaka didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, seorang pejabat tinggi di Keraton Surakarta.
Awalnya, museum ini berfungsi sebagai perpustakaan keraton yang menyimpan berbagai naskah dan manuskrip kuno.
Seiring waktu, koleksi museum berkembang hingga mencakup artefak, patung, keris, dan benda-benda bersejarah lainnya yang terkait dengan kebudayaan Jawa.
Gedung museum yang saat ini ditempati merupakan bangunan kolonial yang dulunya digunakan sebagai rumah pribadi seorang warga Belanda bernama Johannes Buselaar.
Pada tahun 1913, bangunan ini resmi dijadikan museum, yang kemudian dikenal dengan nama Radya Pustaka.
Baca Juga: Seleksi PPPK P3K Full Time Lebih Diutamakan, Untuk yang Part Time Skema Ini
Koleksi Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang sangat beragam, yang mencakup naskah-naskah kuno, arca, patung dewa-dewa Hindu-Buddha, keris, wayang, dan berbagai peralatan rumah tangga dari masa lampau.
Salah satu koleksi yang paling berharga adalah naskah kuno Serat Centhini, sebuah karya sastra Jawa yang terkenal dan dianggap sebagai salah satu literatur penting dalam budaya Jawa.
Artikel Terkait
HTM Cuma Rp20 Ribu! Museum Angkut Batu Malang Punya Banyak Koleksi Mobil Klasik yang Memanjakan Mata
Saksi Bisu Jejak Sejarah di Ibu Kota, Museum Fatahillah Jakarta Jadi Destinasi Wisata Edukasi yang Menyimpan Warisan Pra-Kolonial Hingga Modern
Hidupkan Imajinasi lewat Seni Ilusi, Magic Art 3D Museum Jakarta Punya Banyak Koleksi yang Memanjakan Mata
Cocok untuk Wisata Edukasi, Museum Ullen Sentalu Jadi Saksi Bisu Kekayaan Budaya dan Sejarah Jawa di Yogyakarta
Wisata Sambil Belajar Seni di Museum Affandi, Melihat Dunia Lewat Kacamata Sang Maestro di Yogyakarta