lifestyle

Mengapa 24 Oktober Begitu Istimewa? Ini Sejarah dan Arti Peringatannya

Jumat, 24 Oktober 2025 | 10:22 WIB
24 Oktober, Hari ketika dunia merayakan kemanusiaan dari ruang operasi, ruang sidang PBB, hingga meja makan rumah. (Sewaktu.com)

Hari PBB bukan sekadar seremoni. Ia adalah pengingat bahwa di tengah perbedaan, dunia hanya bisa bertahan jika kita saling memahami dan berempati.

Baca Juga: Makna Tanggal 24 Oktober: Dari Hari Dokter, PBB, dan Polio Sedunia

Hari Polio Sedunia

Tanggal ini juga menandai Hari Polio Sedunia (World Polio Day) sebuah peringatan global yang menggugah kesadaran tentang pentingnya vaksinasi demi masa depan generasi sehat.

Menurut World Health Organization (WHO), virus polio sempat menjadi momok mematikan di banyak negara.

Namun sejak kampanye pemberantasan global diluncurkan pada tahun 1988, jumlah kasus menurun drastis hingga lebih dari 99%.

Meski begitu, perjuangan belum berakhir. Hari Polio Sedunia menjadi seruan untuk mempertahankan capaian imunisasi dan terus melindungi anak-anak di seluruh dunia dari ancaman penyakit ini.

Di balik setiap suntikan vaksin, ada harapan untuk dunia yang bebas polio harapan yang lahir dari kerja sama lintas negara, tenaga kesehatan, dan para relawan.

Hari Babat Sedunia

Jika tiga peringatan sebelumnya sarat makna sosial, Hari Babat Sedunia (World Tripe Day) memberi warna berbeda ringan namun unik.

Setiap 24 Oktober, para pencinta kuliner di berbagai negara merayakan hidangan tradisional berbahan dasar babat, atau tripe dalam bahasa Inggris.

Perayaan ini digagas pada tahun 2012 oleh Tripe Marketing Board di Inggris. Mereka memilih tanggal 24 Oktober berdasarkan catatan Samuel Pepys, penulis Inggris yang pada 1662 menulis dalam buku harian tentang “hidangan babat paling lezat yang saya buat sendiri.”

Baca Juga: Usai Bertemu Presiden Brasil, Prabowo Subianto Akan Tambahkan Bahasa Portugis ke Dunia Pendidikan di Indonesia

Sejak saat itu, Hari Babat Sedunia menjadi ajang untuk mengangkat kembali citra babat sebagai makanan bernilai gizi tinggi dan bagian dari budaya kuliner dunia.

Di Indonesia, kita mengenalnya dalam bentuk soto babat, gulai babat, hingga nasi babat pedas bukti bahwa satu bahan sederhana bisa menyatukan beragam selera dan tradisi.

Halaman:

Tags

Terkini