- Sirloin: lebih berotot, rasa daging tegas.
- Ribeye: marbling tinggi, juicy dan flavorful.
- Tenderloin: paling empuk, rasa lebih “clean.”
Tingkat Kematangan
Untuk steak sendiri, terdapat beberapa tingkat kematangan yang bisa dipilih. Diantaranya Adalah blue, rare, medium-rare, medium, medium-well, sampai well-done.
Pilihan tingkat kematangan ini biasa disebut dengan Degree of doneness, yang bisa kamu pilih sesuai selera. Banyak penikmat memilih medium-rare/medium agar juicy maksimal.
Saus: mushroom, blackpepper, butter herb
Klasik di Indonesia: blackpepper dan mushroom. Untuk rasa lebih Eropa: beurre maître d’hôtel (butter herb) di atas steak panas—meleleh, aromatik, “wow moment” tiap gigitan.
Kisah Fusion: Ketika Lidah Lokal Memimpin
Fusion adalah penggabungan atau perpaduan elemen-elemen yang berbeda dari dua atau lebih budaya, gaya, atau teknik menjadi satu kesatuan yang unik dan baru.
Contohnya adalah ada sebuah burger dengan sambal ijo dan kecombrang, atau pizza topping ayam betutu.
Itulah kekuatan kuliner Indonesia: luwes, kreatif, dan berkarakter. Western food terasa “rumah” karena kita memeluknya dengan bumbu sendiri.
Kesimpulan
Western food di Indonesia bukan sekadar mengikuti tren—ia tumbuh bersama selera lokal. Dari pizza sampai Steak, semuanya menemukan “rumah baru” lewat inovasi rasa dan teknik yang menyesuaikan lidah Nusantara.
Kuncinya: pilih bahan berkualitas, porsi seimbang, dan jangan takut eksplorasi. Mau ala restoran atau masak di rumah, 3 menu ini selalu bisa jadi “teman nongkrong” yang memuaskan.