arian ini dimainkan tanpa menggunakan iringan iringan alat musik berupa gamelan. Dengan duduk secara berbaris membentuk pola lingkaran dan diiringi seruan irama berbunyi “cak, cak, cak” seraya mengangkat kedua tangan.
Tarian tersebut merupakan salah satu tarian sakral. Tampak dari penari yang terbakar api, tetapi mereka tidak mengalami kesakitan dan tidak terbakar justru mereka menjadi kebal terhadap api.
Selain Tari Api atau Tari Cak, Tari Kecak juga dikenal dengan sebutan Tari Sanghyang yang ditampilkan ketika adanya upacara keagamaan.
Baca Juga: Ide Perencanaan Wisata Bali, Belum Punya Ide untuk Rencana Perjalanan? Cek Disini
Pada saat itu, para penari ini umumnya kemasukan roh halus, dan dapat berinteraksi dengan para leluhur atau dewa yang telah disucikannya. Penari ini dijadikannya sebagai media untuk menyampaikan sabda Nya.
Ketika kerasukan, mereka pun melakukan tindakannya diluar dugaan. Contohnya yaitu melakukan beberapa gerakan yang cukup berbahaya maupun mengeluarkan suara yang jarang sekali mereka keluarkan.
Baca Juga: Selain Wisata Bali, Banyak Juga Oleh-oleh khas Bali! Cek Disini
Wayan Limbak merupakan seorang figur pencipta dari Tari Kecak. Di tahun 1930, Ia memperkenalkan tarian ini ke berbagai negara, dengan dibantu oleh seorang pelukis dari Jerman bernama Walter Spies.
Para penari laki-laki yang menari ini, akan menyerukan kata berupa “cak, cak, cak”. Dari seruan tersebutlah nama Kecak tercipta.***