Ternyata, sate lilit merupakan makanan yang ada di dalam sesaji umat Hindu Bali pada upacara adat. Salah satunya adalah upacara adat Caru.
Upacara adat ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Selain itu, Caru juga diadakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada dewa-dewa umat Hindu di Bali.
Dalam sesaji, dihidangkan sate lilit dalam jumlah ganjil. Umumnya sate lilit dihidangkan sebanyak 3 atau 5 tusuk.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Kuliner Bali Terkini, Selalu Ramai Pengunjung
Sate lilit ini kemudian diikat menjadi satu dan diletakkan di anatara lawar yang merupakan simbol mata angina. Setiap arah mata angina dijaga oleh dewa-dewa. Ada 4 jenis lawar yaitu yaitu lawar hitam, putih, merah, dan hijau.
Pada upacara besar, satelilit dibuat di balai desa dan dikerjakan oleh 50-100 orang pria. Semua pekerjaan, mulai dari menyembelih hewan, meracik adoanna, melilit daging, hingga memasak dilakukan oleh pria.
Baca Juga: 10 Kuliner Bali Terbaru 2022, Selalu Mempunyai Tempat di Hati Para Wisatawan
Sate ini merupakan lambang kejantanan pria. Di masa lalu, orang akan mempertanyakan kejantanan seorang laki-laki jika tidak bisa membuat sate lilit.
Nah itu tadi keistimewaan, sejarah, dan filosofi sate lilit. Ternyata sate lilit begitu melekat dengan tradisi masyarakat Hindu di Bali, ya.***