Studi Mengatakan Jika Korban Perselingkuhan Berpotensi Alami Gangguan Mental

SEWAKTU.com - Siapapun setuju jika orang korban perselingkuhan memiliki potensi alami gangguan mental dan dampak buruk secara langsung pada tubuh, salah satu gejalanya adalah stress dan depresi dan gangguang kesehatan lainnya.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationship yang dikutip dari Dailymail mengungkapkan bahwa seseorang yang menjadi korban perselingkuhan akan mengalami ketegangan psikologis serta beresiko mengalami masalah mental dan fisik.

Penelitian tentang perselingkuhan ini berjudul Infidelity’s aftermath: Appraisals, mental health, and health compromising behaviors following a partner’s infidelity.

Baca Juga: Keuntungan Punya Pasangan Kutu Buku, Nggak Adatuh Niat Buat Selingkuh

Yang artinya Akibat Perselingkuhan: Penilaian, kesehatan mental, dan perilaku mengorbankan kesehatan akibat perselingkuhan pasangan.

Menemukan bahwa dampak negatif akibat perselingkuhan lebih rentan terjadi pada korban perselingkuhan karena dirinya akan cenderung menyalahkan dirinya sendiri.

Penelitian ini dilakukan kepada 232 mahasiswa yang telah mengalami “korban perselingkuhan” selama kurang lebih tiga bulan terakhir, dengan durasi kencan 1 tahun 7 bulan.

Hasilnya menunjukkan 1 dari 7 orang masih bertahan bersama pasangan. Mereka ditanya tentang perasaan mereka setelah mengetahui mereka telah ditipu oleh pasangan.

Baca Juga: Istri Selingkuh dan Menggugat Cerai Suami? Cara Memaafkan Istri Menurut Islam

“Kami ingin tahu apakah tekanan emosional dan psikologis ini membawa mereka untuk melakukan perilaku kesehatan berisiko, seperti seks tanpa kondom, penggunaan narkoba, penggunaan alkohol, makan berlebihan, atau tidak makan sama sekali,”kata kata penulis M. Rosie Shourt dari Universitas Nevada kepada Psypost.

Para periset menemukan bahwa mereka yang menjadi korban perselingkuhan cenderung melaporkan gejala mental seperti depresi dan cemas.

Lebih dari itu, para korban perselingkuhan juga cenderung melakukan perilaku yang membahayakan kesehatan.

Reaksi yang ditimbulkan adalah sebanyak 45 persen responden mengaku kurang nafus makan atau tidak makan sama sekali, 44 persen responden melampiaskannya pada alkohol dan 29 persen olahraga berlebihan.