Pemalang Pusatnya Jawa yang Kalah Pamor

- Jumat, 12 Agustus 2022 | 09:07 WIB
Peta Kabupaten Pemalang di Pulau Jawa.  (Peta Google)
Peta Kabupaten Pemalang di Pulau Jawa. (Peta Google)

Sementara itu, dikutip dari sebuah video di Youtube, asal usul Pemalang ditetapkan sebagai pusere atau pusatnya Pulau Jawa karena konon dulunya kabupaten di Jateng dengan penduduk sekitar 1,5 juta jiwa itu merupakan pusat peradaban.

Hal itu turut diperkuat dengan catatan Rijkloff van Goens, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda periode 1678-1681, dan data buku W. Fruin Mees, yang menyatakan Pemalang merupakan satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa yang dipimpin seorang pangeran atau raja pada 1575.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Pemalang yang Bupatinya Kena OTT KPK

Namun seiring perkembangan zaman, Pemalang akhirnya ditaklukan Panembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak untuk menjadi bagian dari Kerajaan Mataram.

Selain itu, keberadaan manusia di Pemalang diduga juga sudah ada sejak zaman prasejarah. Hal ini menyusul ditemukannya berbagai benda arkeologis di Pemalang seperti nekara perunggu di Desa Kabunan, patung Ganesha, lingga , kuburan, ambang pintu, dan batu nisan di Desa Lawangrejo dan Desa Banyumundal.

Masyarakat Pemalang adalah pendukung kebudayaan Jawa. Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa, tetapi, dengan dialek “Jawa-Pemalangan” yang termasuk dalam kategori dialek “Banyumasan”.

Dialek yang khas tersebut (berbeda dengan orang Yogya dan Solo) kemudian membuat orang Pemalang sering disebut sebagai “wong ngapak”, karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k”-nya lebih kuat.

Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar” (pinjam istilah iklan isuzu panther). Selain itu, ada juga yang menyebutn masyarakat Pemalang sebagai “Jawa kowek” dan “Jawa reang”.

Sebutan bagi masyarakat Pemalang yang terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang).

**

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Faturohman SK

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X