Mengutip Majalah Risalah NU edisi ke-118 dalam artikel berjudul “Jangan Ragukan Peran KH Hasyim Asy’ari”, disebutkan bahwa pada 21–22 Oktober 1945, para ulama NU dari berbagai daerah berkumpul di Surabaya. Dalam forum tersebut, KH Hasyim Asy’ari memimpin lahirnya Resolusi Jihad Fii Sabilillah.
Resolusi itu menegaskan bahwa melawan penjajah adalah fardhu ain, kewajiban pribadi bagi setiap Muslim.
Tak berhenti di situ, KH Hasyim juga menetapkan bahwa setiap warga yang berada dalam radius 94 kilometer dari posisi musuh wajib ikut berjuang.
Seruan ini membakar semangat rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan, yang puncaknya meletus dalam pertempuran heroik 10 November 1945.
Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah 2025 Cair Oktober, Cek Namamu Sekarang Juga!
Dari Resolusi Jihad ke Hari Santri Nasional
Tanggal 22 Oktober akhirnya menjadi simbol perjuangan santri dan ulama dalam mempertahankan NKRI.
Maka, ketika Keppres 22/2015 resmi ditandatangani Presiden Jokowi pada 15 Oktober 2015, bangsa Indonesia bukan hanya mengingat sejarah, tapi juga meneguhkan identitas pesantren sebagai benteng moral dan kebangsaan.
Makna Sosial dan Budaya Hari Santri
Hari Santri kini bukan sekadar peringatan seremonial. Ia telah menjelma menjadi gerakan kebudayaan, yang menghidupkan kembali nilai-nilai keikhlasan, pengabdian, dan cinta tanah air.
Baca Juga: Cara Cek Penerima BSU 2025 di Situs Resmi Kemnaker
Bagi generasi muda, perayaan ini menjadi momentum untuk mengenali peran besar para santri, bahwa di balik sorban dan sarung, tersimpan semangat juang yang sama dengan para pahlawan bangsa.
Lebih dari itu, pesantren kini semakin dikenal sebagai lembaga pendidikan yang membangun karakter nasionalis, tak hanya fokus pada ilmu agama, tapi juga membentuk kepekaan sosial dan semangat melayani masyarakat.
Lahirnya Hari Santri adalah bukti bahwa perjuangan moral dan spiritual bisa menjadi inspirasi kebangsaan.
Dari gagasan sederhana KH Thoriq Darwis, hingga resolusi monumental KH Hasyim Asy’ari, semua berpadu menjadi satu narasi besar, Indonesia berdiri karena doa, perjuangan, dan keteguhan hati para santri.***
Artikel Terkait
Setelah 13 Tahun Bersama, Dean Fujioka Umumkan Perceraian dari Vanina Amalia Hidayat
Pertumbuhan Pariwisata Meroket di Tahun Pertama Kabinet Merah Putih, Sumbang Rp11 Triliun ke Ekonomi
Perjalanan Cinta Lintas Negara Dean Fujioka dan Vanina Berakhir, Tapi Tetap Saling Menghormati
Dean Fujioka dan Vanina: Cinta, Perbedaan, dan Akhir yang Penuh Arti
Pernikahan Dean Fujioka-Vanina Amalia Hidayat Berakhir, Fans Jepang dan Indonesia Terkejut
Di Balik Perceraian Dean Fujioka, Ada Kisah Cinta yang Tak Pernah Hilang
Cair Akhir Oktober! Begini Cara Dapat Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2025 dari Kemnaker