Baca Juga: Apakah Mati Syahid Masuk Surga Tanpa Hisab? Begini Menurut Ustadz Abdul Somad
Dalam bahasa Arab surga diartikan al-jannah yang dimaknai al-raudhah (taman), atau menurut Abdul Halim bin Muhammad al hadiqah dzatu al asyjar (kebun yang memiliki banyak pepohonan).
Karena itu surga bisa ditafsirkan narasi metaforis (kiasan) tentang kebahagiaan, ketenangan, dan segala yang mendatangkan suasana nyaman tak ubahnya sedang di taman.
Misalnya, dalam riwayat Abu Hurairah bahwa Allah memberi kemudahan jalan menuju surga bagi penuntut ilmu (man salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman sahhala Allahu lahu thariqan ila al jannah).
Menurut Abu Muhammad Allah memberi kemudahan jalan ke surga (di akhirat) bagi orang yang mencari ilmu pengetahuan yang memberi manfaat dan kebaikan.
Tapi, makna surga di dunia, bahwa orang yang berilmu, haus akan ilmu pengetahuan pasti akan merasakan surga berupa kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidup.
Bukankah Allah tegaskan Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan (QS al-Mujadalah 11)?
Untuk menguatkan itu, dalam sebuah ungkapan (karena hadis ini dianggap lemah) yang sering kita dengar bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu (al-jannatu tahta aqdam al-ummahat).
Sebagai isyarat kebahagiaan terdekat bagi manusia ada pada ibunya. Artinya, orang yang menghormati dan bakti tulus pada ibunya pasti ia merasakan surga (bahagia dan tenang), sebaliknya surga tak pernah hadir dalam diri, jika ibu yang tulus mendidik dilukai dan disakiti.
Singkatnya, hidup yang begitu singkat tapi manusia ingin merasakan kebahagiaan dan ketenangan bahkan sehari hari doa itu dipanjatkan.
Kata kunci kebahagiaan dan ketenangan adalah ketulusan hati berbuat baik, di situlah surga hadir dalam relung hati kita.***