Evaluasi Program MBG: Dari Tujuan Mulia ke Tragedi Cipongkor

SEWAKTU.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) seharusnya menjadi wujud kepedulian negara untuk meningkatkan gizi anak sekolah.

Namun, kasus Cipongkor di Bandung Barat, di mana lebih dari 400 pelajar keracunan, menjadi alarm keras bahwa program ini belum berjalan sesuai harapan.

MBG: Ide Baik, Eksekusi Bermasalah

Baca Juga: Orang Tua Menangis, Puluhan Pelajar Cipongkor Jadi Korban Keracunan Lagi

Secara konsep, MBG adalah program progresif. Anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa mendapatkan makanan sehat tanpa beban biaya.

Tetapi realitas di lapangan menunjukkan ada kelemahan besar, mulai dari distribusi, pengawasan higienitas, hingga standar operasional yang tidak seragam di tiap daerah.

Baca Juga: Puluhan Pelajar Keracunan MBG di Cipongkor Terus Tambah, Kondisinya...

Kasus Cipongkor Sebagai Cermin Nasional

Kasus Cipongkor menewaskan kepercayaan publik terhadap MBG. 411 pelajar terdampak dalam waktu singkat. Program yang seharusnya menyehatkan justru menimbulkan penyakit. Jika dibiarkan, program nasional ini bisa kehilangan legitimasi di mata masyarakat.

Tanggung Jawab Pemerintah

Pemerintah daerah sudah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengerahkan tenaga medis tambahan. Namun, tanggung jawab tidak berhenti di situ. Pemerintah pusat, terutama Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan, harus turun tangan untuk melakukan audit menyeluruh.

Baca Juga: Tragedi Program MBG Cipongkor, Puluhan Pelajar Tumbang Lagi!

Solusi Kebijakan yang Mendesak

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki program MBG: