Cermin Kelam Rehabilitasi yang Gagal
Kasus ini membuka luka lama yang tak kunjung sembuh: mengapa banyak mantan pengguna justru kembali terjerat?
Sistem rehabilitasi dan pembinaan yang diharapkan bisa memulihkan pelaku, sering kali hanya menjadi formalitas administratif.
"Masalah utama bukan hanya di individu, tapi juga di lingkungan. Jika rutan saja tidak bebas dari narkotika, bagaimana mantan pengguna bisa benar-benar pulih?” ujar salah satu pengamat hukum pidana.
Ketika Publik Kehilangan Harapan
Bagi sebagian masyarakat, kasus ini bukan lagi kabar mengejutkan, tapi semacam keletihan moral.
Warganet ramai mengomentari, sebagian dengan empati, sebagian lagi dengan kekecewaan mendalam.
"Bakat besar, tapi salah arah,” tulis salah satu komentar di media sosial.
Fenomena ini juga memperlihatkan betapa publik figur memiliki tanggung jawab sosial besar. Sekali mereka jatuh, bayangan itu tak hanya menimpa diri sendiri, tapi juga memengaruhi citra industri hiburan secara keseluruhan.
Baca Juga: PPPK Paruh Waktu 2025: Aturan Gaji, Tunjangan, dan Peluang Baru untuk Honorer
Saatnya Benahi Sistem, Bukan Sekadar Menghukum
Kisah Ammar Zoni bukan hanya tentang seorang aktor yang kembali tersandung narkoba. Ini tentang sistem yang rapuh dan siklus yang berulang.
Penjara seharusnya menjadi tempat pembinaan dan pencegahan, tapi faktanya, sering justru menjadi lokasi baru bagi kejahatan yang sama.
Kasus ini seharusnya mendorong pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan pemasyarakatan, memperketat pengawasan, dan memperkuat program rehabilitasi berbasis psikologis dan sosial — bukan hanya hukuman fisik.
Titik Balik atau Titik Akhir?