Tak hanya dari kalangan santri, warganet pun ramai mengecam tayangan Xpose Trans7. Dalam waktu singkat, unggahan di akun resmi Trans7 dibanjiri belasan ribu komentar protes. Tagar #BoikotTrans7 pun menggema di berbagai platform media sosial.
Beberapa tokoh santri seperti Romzi Ahmad, Ulinnuha Lazulfaa, serta akun komunitas seperti Santri Keren, NU Garis Lucu, dan Cahpondok, ikut membagikan unggahan dari AIS Nusantara. Mereka menuntut permintaan maaf terbuka dari CT Corp dan Trans7 dalam waktu 1x24 jam.
Selain itu, komunitas santri juga meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) turun tangan dengan memberikan teguran keras terhadap tayangan yang dianggap mengabaikan etika jurnalistik dan tanggung jawab kultural terhadap komunitas pesantren.
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya sensitivitas media terhadap nilai budaya dan agama di tengah masyarakat Indonesia yang plural. Kebebasan berekspresi memang dijamin, namun tetap perlu diimbangi dengan tanggung jawab moral dan etika penyiaran.
Bagi LBH Ansor, langkah hukum bukan sekadar bentuk perlawanan, tetapi upaya menjaga marwah ulama serta mendidik publik agar lebih kritis terhadap tayangan yang tidak berimbang.***