Baca Juga: Menguak Pemilik Asli TPL 2025 di Tengah Isu Banjir Sumatra
Tekanan Politik Meningkat: Gubernur Bobby Nasution Angkat Bicara
Isu yang beredar di publik akhirnya mendapat respons resmi dari pemerintah provinsi. Pada 24 November 2025, Gubernur Sumatra Utara Bobby Nasution bertemu dengan masyarakat adat, pemuka agama, serta berbagai organisasi pendamping.
Pertemuan itu menghasilkan sebuah pernyataan tegas, Pemprov Sumut merekomendasikan agar TPL ditutup.
Bobby menilai konflik agraria di Desa Sihaporas, Buntu Panaturan, sudah melewati batas waktu yang wajar.
Meski rekomendasi itu sudah diserahkan ke pemerintah pusat, keputusan final masih menunggu proses berikutnya.
Dua hari setelahnya, manajemen TPL menghadiri RDP bersama Komisi XIII DPR dan Kemenkumham.
Namun pertemuan itu belum memberikan solusi konkrit, sehingga ketegangan di lapangan tetap berlanjut.
Baca Juga: Kritik Pedas Raline Shah soal Banjir Sumatra Viral di Media Sosial
Mengenal TPL Lebih Dekat: Dari Indorayon ke Industri HTI Modern
PT Toba Pulp Lestari Tbk bukan perusahaan baru. Jejaknya panjang:
- Berdiri tahun 1983 dengan nama PT Inti Indorayon Utama
- Didirikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto
- Berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari pada 2004
- Listing di Bursa Efek Indonesia sejak 1990
- Bergerak di bidang bubur kertas, pengelolaan hutan tanaman industri, dan industri kimia dasar
Dalam sejarahnya, perusahaan ini berulang kali bersinggungan dengan isu sosial dan lingkungan
. Konflik lahan, penolakan masyarakat adat, dan dugaan pencemaran menjadi tema yang kerap muncul dalam diskusi publik.
Konflik dengan Masyarakat Adat: Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh
Konflik TPL dengan komunitas adat Lamtorus Sihaporas dimulai sejak 2018. Tuduhan masyarakat antara lain: