SEWAKTU.COM - Guru yang dikenal menjadi seorang pahlawan tanpa jasa, ternyata memiliki permasalahan serius di Indonesia. Salah satunya adalah masalah gaji.
Tak jarang berceceran kisah seorang guru yang tidak mendapatkan gaji yang layak setelah mengabdi bertahun-tahun yang mana bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa.
Hal tersebut bertolak belakang dengan mahalnya pendidikan saat ini. Mahalnya biaya pendidikan saat ini turut menjadi perhatian Amal Alghozali.
Pria kelahiran Madiun, 14 Juli 1966 tersebut menanggapi tentang orang tua yang tidak mampu menguliahkan anak hingga ke jenjang bangku perkuliahan.
Baca Juga: Heboh Mendemo Penolakan Gus Samsudin, Penipuan Dengan Cara Pengobatan
Berikut ini Sewaktu.com rangkum ulasan Amal Alghozali mengutip dari akun Twitter @smsl_alghozali tentang banyak orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perkuliahan.
“Sejak kompas.id memuat hasil liputan khusus ttg mahalnya biaya pendidikan, semua orang jadi ikutan heboh di hampir semua platform medsos. Saya akan ngetwit ttg hal ini dari sisi lain. Semoga masuk akal.”
“Ketika bangsa ini masih sangat miskin di awal masa kepemimpinan Bung Karno sampai zaman awal Orde Baru di bawah kepemimpinan Pak Harto, pada umumnya orang tua sangat khawatir anaknya besok makan apa. Mereka takut anaknya lapar.”
“Ketika itu memang hampir semua orang dlm kondisi miskin. Kecuali kaum bangsawan, pedagang dan petinggi birokrasi. Dalam kondisi seperti itu umumnya ortu berpikir yg penting anaknya dapat makan. Pendidikan ya sedapatnya saja. Bisa baca tulis sudah cukup.”
“Di pedesaan Jawa dan sebagian Sumatra, banyak ortu membawa anaknya kepada pak kyai di pesantren. Anak ditipkan kepada kyai tanpa bekal apa2. “Nyuwun sewu mbah kyai, mugi2 kerao nampi anak kulo ngenger dumateng panjenengan. Kulo pasrah bongkokak”, begitu kira2 kalimat sang ortu.”
Baca Juga: Kembali Datangi Rumah Irjen Ferdy Sambo, Sejumlah Polisi Melakukan Penyelidikan Kematian Brigadir J
“Apakah kyai dan pondok pesantren yang “dititipi” anak itu orang kaya?. Sebagian kyai memang lebih baik ekonominya dibanding rakyat di sekitar pondok. Tapi mayoritas kyai kehidupannya ya tak jauh seperti rakyat desa pada umumnya.”
“Kondisi mirip seperti ini juga terjadi di wilayah timur Indonesia. Banyak gereja menjadi tumpuan rakyat. Begitu besarnya jasa para pastur, suster2 dan aktivis gereja dlm hal mendidik rakyat dan mengatasi perut lapar mereka.”
“Di banyak wilayah, panti2 yang dikelola Muhammadiyah, Kristen/Katolik dan lembaga agama lainnya seperti ada semangat yang sama. Terlebih di era multi partai th 50 an sekian. Dan itu hasilnya nyata.”
Artikel Terkait
Video Kopda Muslimin Sebelum Tewas Telponan Nitip Anaknya, Muslimin: Aku Gak Kuat!
Polisi Berbohong, Brigadir J Tewas Bukan Baku Tembak, Disiksa Dulu Lalu...
Merayakan Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram, Asrama Polisi Panaragan Bogor Menggelar Acara Jalan Sehat
Tagar #BlokirKominfo Menggema di Twitter, Begini Tanggapan Kominfo
Kominfo Blokir 10 Platform, Muhammad Isnur: Mau Sampai Kapan Bikin Kebijakan Tanpa Landasan HAM?