SEWAKTU.com -- Pada tahun 2025 mendatang, Indonesia diperkirakan butuh 200 ribu talenta digital menurut Google dan Temasek. Akan tetapi jumlah yang sekarang, masih jauh jika harus menuju angka perkiraan tersebut.
Ronald Ishak sebagai CEO & Founder Hacktiv8 memberikan pendapatkan yang mengatakan bahwa saat ini posisi lebih di dominasi oleh profesional yang lebih senior dari sektor perbankan, ritel dan sebagainya.
"Walau Google dan Temasek memproyeksi akan ada lebih dari 200 ribu talenta digital professional di Asia Tenggara pada tahun 2025, kenyataannya masih jauh dari angka tersebut. Kini, kebanyakan posisi tersebut didominasi oleh profesional yang lebih senior dari sektor perbankan, ritel, dan perusahaan di luar wilayah tersebut," ujar Ronald Ishak.
Baca Juga: Nggak Nyangka! Ternyata Dibalik Wajah Cantiknya Seleb Korea Ini Jago Bikin Nasi Goreng
Hal itu yang membuatnya sadar akan kebutuhan dan pemenuhan SDM tersebut. Maka Ronald dan perusahaannya siap memberikan sumbangsih percetakan talenta pemrograman berkualitas.
Diketahui bahwa saat ini Hacktiv8 telah mencetak lebih dari 1.100 talenta digital yang juga telah dipakai jasanya di perusahaan-perusahaan digital ternama. Bahkan telah menjadi hiring partner dari perusahaan ternama seperti Axiata Digital, Sirclo, Xendit, Mekari, Loket, dan Qlue.
Ronald mengungkapkan bahwa, kebanyakan dari lulusan mereka sudah melalui coding bootcamp professional yang terdiri dari program Full Stack Javascript dan Data Science.
Baca Juga: Selundupkan Salinan Film Squid Game, Warga Korea Utara Diganjar Hukuman Mati
Full Stack Javascript itu sendiri merupakan program kursus selama 16 minggu untuk mempelajari pemrograman dasar dan bahasa pemrograman seperti JavaScript, Node.js, Vue.js, dan framework Facebook's React.
Sedangkan program Data Science merupakan program intensif 12 minggu yang memberikan siswa ilmu pengolahan data, seperti pemrograman, statistik, hingga bisa menjadi seorang Data Scientist atau Data Analyst yang dapat memberikan kesimpulan dari data yang diolah.
Hacktiv8 juga telah merancang kurikulum, yang dimana para hiring partner ikut terlibat, sehingga lulusannya bisa langsung mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari, di perusahaan tempat kelak mereka bekerja.
Baca Juga: Tiongkok Keluarkan Peringatan Keras Setelah Kapal Perang AS Transit di Selat Taiwan Tanpa Izin
"Model bootcamp kami menuntut pelajar untuk menghabiskan waktu sekitar 10 hingga 12 jam sehari, sehingga hanya yang terbaik saja yang bisa lulus dari program dan mendapatkan pekerjaan," ujar Ronald.
Hacktiv8 juga menggunakan fitur Income Share Agreement (ISA) atau perjanjian bagi hasil , dimana mereka tidak dikhawatirkan oleh pembiayaan yang akan dikeluarkan semasa belajar di bootcamp.
"Kami melihat belum banyak pendidikan formal di bidang teknologi informatika yang benar-benar terjangkau. Pinjaman pendidikan yang berbunga juga cenderung tidak Syariah. Melalui ISA ini, siswa akan membayar biaya pendidikan ketika mereka sudah mendapatkan pekerjaan, dengan menyisihkan sebagian dari gaji mereka. Fitur ini diharapkan dapat membuka akses bagi banyak orang yang ingin belajar pemrograman tanpa harus terkendala biaya." tutup Ronald.***
Artikel Terkait
Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh, Layaknya Puasa Sepanjang Tahun
Sinopsis Film Without Remorse, Kisah Perjuangan Penyelamatan Agen Rahasia di Kota Aleppo Suriah
Tiongkok Keluarkan Peringatan Keras Setelah Kapal Perang AS Transit di Selat Taiwan Tanpa Izin
Menjelang Hari Guru, Yuk Kenali Pahlawan Yang Juga Seorang Guru
Selundupkan Salinan Film Squid Game, Warga Korea Utara Diganjar Hukuman Mati