Selain situs megalitiknya, Lembah Bada juga dihuni oleh masyarakat lokal yang hidup dengan cara tradisional.
Penduduk lembah sebagian besar adalah petani yang masih mempraktikkan cara bertani dan adat istiadat warisan nenek moyang mereka.
Mereka menghormati situs-situs megalitik sebagai bagian dari warisan budaya dan sering kali mengaitkan patung-patung tersebut dengan cerita-cerita mitos lokal.
Wisatawan yang berkunjung ke Lembah Bada sering kali disambut dengan keramahan penduduk lokal yang senang berbagi cerita dan legenda tentang patung-patung megalitik.
Kehidupan masyarakat yang sederhana dan harmoni dengan alam menambah daya tarik bagi para wisatawan yang ingin merasakan nuansa kehidupan tradisional di Sulawesi Tengah.
Akses dan Pariwisata
Perjalanan menuju Lembah Bada cukup menantang karena lokasinya yang terpencil. Dari Kota Palu, pengunjung harus menempuh perjalanan darat selama sekitar 10 hingga 12 jam melalui jalanan yang berkelok-kelok dan melewati pegunungan.
Namun, tantangan tersebut sebanding dengan pengalaman unik yang menanti di Lembah Bada.
Fasilitas pariwisata di Lembah Bada masih terbatas, namun pengunjung dapat menemukan beberapa homestay yang dikelola oleh penduduk lokal.
Pengalaman menginap di homestay ini memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk lebih dekat dengan kehidupan masyarakat setempat, serta menikmati keindahan alam dan sejarah yang ditawarkan lembah ini.***
(Muhamad Rifqy Alvanza)
Artikel Terkait
Bukan Cuma Soal Kenyamanan, Nindya Biodistrict Hotel Bandung Jadi Pionir Penginapan Ramah Lingkungan
Cocok Buat Keluarga, Hotel Daily Inn Bandung Syariah Jadi Pilihan Hotel Nyaman yang Ramah di Kantong
Banyak Koleksi Menarik, Museum Musik Indonesia Jadi Saksi Sejarah Kekayaan Musik Khas Nusantara
Harga Mulai Rp200 Ribuan! Petit Boutique Hotel Solo Sajikan Kenyamanan Akomodasi Bergaya Eropa nan Elegan
Bukan Cuma Sekedar Wisata Alam, Pemandian Suci Petirtaan Watugede Punya Nilai Sejarah di Kota Malang