SEWAKTU.com -- Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan fenomena vulkaniknya, tetapi juga dengan kekayaan sejarah dan budayanya.
Salah satu peninggalan sejarah yang menarik di kawasan ini adalah Candi Bima, sebuah candi Hindu yang unik dan memiliki gaya arsitektur yang berbeda dari candi-candi lainnya di Dieng.
Candi Bima adalah salah satu candi tertua di Dieng yang diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi, pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Hindu.
Candi ini merupakan salah satu dari beberapa candi Hindu yang ada di kawasan Dieng, yang semuanya diyakini didedikasikan untuk pemujaan dewa-dewa dalam agama Hindu, terutama Dewa Siwa.
Nama Candi Bima sendiri diambil dari salah satu tokoh Pandawa dalam wiracarita Mahabharata, yaitu Bima, yang dikenal karena kekuatan dan keberaniannya.
Namun, tidak banyak yang diketahui secara pasti tentang siapa yang membangun candi ini atau tujuan spesifiknya.
Yang jelas, candi ini menjadi saksi bisu bagaimana agama Hindu pernah berkembang pesat di wilayah ini, sebelum akhirnya digantikan oleh agama Buddha dan kemudian Islam.
1. Keunikan Arsitektur Candi Bima
Salah satu hal yang membedakan Candi Bima dari candi-candi lainnya di Dieng, seperti Candi Arjuna, adalah gaya arsitekturnya yang lebih menyerupai candi-candi di India Selatan.
Arsitektur Candi Bima dipengaruhi oleh gaya Dravida (India Selatan) yang terlihat jelas pada bentuk atapnya yang melengkung, mirip dengan bentuk shikhara (puncak candi) di candi-candi Hindu di India.
Atap candi terdiri dari beberapa tingkatan dan memiliki relung-relung kecil yang dihiasi dengan relief wajah atau topeng yang disebut Kudu, yang menjadi salah satu ciri khas arsitektur Candi Bima. Topeng-topeng ini diyakini sebagai simbol pelindung dari roh jahat.
Atap yang melengkung dan dekorasi wajah-wajah ini memberikan kesan misterius dan megah, sekaligus menunjukkan pengaruh kebudayaan luar di tanah Jawa.