SEWAKTU.COM -- Ketika berbicara tentang kekuatan, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada militer suatu negara dengan persenjataan modernnya. Namun, di balik hiruk-pikuk kekuatan global, ada kelompok masyarakat tradisional yang justru disegani karena ketangguhannya menjaga identitas, tradisi, serta cara hidup mereka. Beberapa suku di dunia bahkan dikenal keras, berani, sekaligus penuh misteri.
Suku-Suku Amazon, Brazil
Brazil memiliki lebih dari 100 kelompok pribumi yang hidup terisolasi di dalam hutan Amazon. Di antaranya ada suku Awá, Korubu, Uru-Eu-Wau-Wau, hingga Himarimã. Kehidupan mereka masih sangat tradisional, bergantung pada berburu dengan tongkat pemukul dan panah beracun yang dibuat dari kulit pohon. Ciri khasnya, seluruh tubuh mereka, baik laki-laki maupun perempuan, dicat merah dengan pewarna alami dari tanaman rojo. Sayangnya, jumlah mereka kian berkurang akibat deforestasi, kebakaran hutan, serta penyakit menular seperti malaria.
Baca Juga: Indonesia Dorong Roblox Bangun Kantor Perwakilan Demi Perlindungan Anak Digital
Suku Sentinel, Pulau Sentinel Utara
Nama suku Sentinel sempat menggemparkan dunia setelah seorang turis Amerika tewas terkena panah karena mencoba masuk ke wilayah mereka secara ilegal. Suku ini memang dikenal menolak kehadiran orang luar. Mereka tinggal di Pulau Sentinel Utara, Teluk Benggala, dan termasuk salah satu masyarakat paling terisolasi di dunia.
Meski begitu, pada tahun 1990-an seorang antropolog India, Madhumala Chattopadhyay, pernah berhasil menjalin kontak damai dengan mereka. Ia mendekati dengan cara sederhana: belajar bahasa lokal dan membawa kelapa, buah yang tidak tumbuh di pulau tersebut. Namun setelah satu kesalahpahaman terjadi, hubungan itu kembali terputus, dan sejak itu hampir tidak ada lagi orang luar yang bisa mendekat dengan selamat.
Baca Juga: Viral, 8 Lumba-Lumba Tersesat di Pesisir Asahan: Diselamatkan Warga dan Tim Gabungan
Suku Rarámuri, Meksiko
Di wilayah pegunungan Chihuahua, Meksiko, terdapat suku Rarámuri atau Tarahumara yang dikenal memiliki kemampuan lari jarak jauh luar biasa. Gaya hidup mereka yang nomaden membuat tubuh terbiasa bergerak. Salah satu anggotanya, María Lorena Ramírez, sempat mencuri perhatian dunia setelah memenangkan lomba Cerro Rojo Ultra Trail sejauh 50 km hanya dengan mengenakan sandal tradisional. Suku ini masih mempertahankan pola hidup sederhana, bercocok tanam jagung dan kacang, serta memelihara ternak.
Suku Kerangka, Papua Nugini
Di dataran tinggi Papua Nugini, ada suku Jimbu yang lebih dikenal sebagai suku Kerangka. Julukan ini muncul dari tradisi mereka mengecat tubuh dengan pola menyerupai kerangka manusia. Dahulu, ritual ini berfungsi untuk menakut-nakuti musuh. Kini, tradisi itu lebih sering ditampilkan pada festival budaya seperti Singsing atau Festival Gunung Hagen yang mempertemukan puluhan suku selama berhari-hari.
Suku Yaifo, Papua Nugini
Masih dari Papua Nugini, suku Yaifo dikenal sebagai salah satu yang paling terpencil. Penjelajah BBC, Benedict Allen, pernah mengunjungi mereka pada 1988 dan disambut dengan tarian perang serta pertunjukan kekuatan yang menakutkan. Dalam tradisi mereka, para perempuan kecil sering ditugaskan sebagai mata-mata untuk mengawasi orang asing. Mereka dibekali panah ikan dan panah beracun yang mampu membunuh. Hingga kini, Yaifo tetap menjadi salah satu suku paling misterius di dunia.
Baca Juga: Bandara Soekarno-Hatta Hadirkan Instalasi Seni Nusantara Sambut HUT ke-80 RI
Suku Korowai, Papua Indonesia
Di pedalaman Papua Indonesia, suku Korowai tinggal di rumah pohon setinggi 50 meter. Ketinggian rumah ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai perlindungan dari banjir dan serangan hewan buas. Mereka terkenal dengan perhiasan kalung dari taring anjing yang dianggap sangat berharga. Suku Korowai juga kerap disalahpahami sebagai suku kanibal. Faktanya, praktik tersebut bukan kebiasaan sehari-hari, melainkan bentuk hukuman adat yang kini pun sudah jarang dilakukan.
Suku Surma, Ethiopia
Dari Afrika, suku Surma yang terdiri dari kelompok Mursi, Suri, dan Mekan dikenal dengan tradisi perempuan yang melebarkan bibir menggunakan piringan tanah liat. Simbol ini dianggap sebagai tanda kedewasaan sekaligus harga diri. Para pria suku Surma juga punya tradisi adu tongkat. Meski sering menimbulkan luka, pertarungan ini dipandang sebagai ajang keberanian, seni bela diri, bahkan cara menarik perhatian perempuan.