SEWAKTU.com – Sabtu sore di sebuah mall di Jakarta. Musik pop terdengar dari speaker, anak-anak berlarian di area bermain, dan pasangan muda sibuk berfoto di depan etalase toko fashion. Dari luar, semua tampak normal.
Namun bagi pedagang, ada cerita lain yang tentunya begitu pahit, ramainya pengunjung tidak berbanding lurus dengan belanja.
Fenomena ini kemudian diberi nama Rohana dan Rojali. Dua istilah yang viral di media sosial, menggambarkan pengunjung mall yang hanya nanya-nanya (Rohana) atau jarang sekali membeli (Rojali).
Baca Juga: Tren Rohana & Rojali: Saat Belanja Jadi Sekadar Hiburan atau Gaya Hidup Baru?
Pedagang yang Hanya Bisa Tersenyum Kecut
"Pengunjung ramai, banyak yang coba-coba sepatu. Tapi setelah tanya harga, kebanyakan bilang ‘nanti dulu ya, Mbak’. Akhirnya keluar toko tanpa beli apa-apa," ucap Lina, pramuniaga sebuah toko sepatu di mall Jakarta Selatan
Ia mengaku omzet turun hampir 30% dalam setahun terakhir. Diskon besar pun tak selalu berhasil menggoda pengunjung untuk benar-benar berbelanja.
Jalan-jalan Jadi Hiburan Murah
Bagi keluarga, mall kini bukan hanya tempat belanja, melainkan ruang hiburan.
"Anak-anak senang kalau main di playground atau sekadar makan di food court. Belanja baju? Bisa ditunda. Yang penting mereka happy," ungkap salah Sari yang merupakan ibu rumah tangga.
Kebiasaan ini menunjukkan bahwa aktivitas 'jalan-jalan ke mall' kini lebih dianggap sebagai rekreasi murah ketimbang kebutuhan belanja.
Baca Juga: Fenomena Rohana dan Rojali, Kenapa Orang Indonesia Hanya 'Window Shopping'?
Data yang Menguatkan Realita
Fenomena ini selaras dengan data ekonomi. Inflasi pangan terus menekan rumah tangga. Harga beras medium, misalnya, sudah menembus Rp15.950/kg.