lifestyle

Kenapa Fenomena Rohana & Rojali Bisa Jadi Masalah Ekonomi Serius? Simak Penjelasan Lengkapnya Disini

Kamis, 25 September 2025 | 19:50 WIB
Fenomena Rohana & Rojali: Mall meriah, tapi kantong pedagang tetap sepi. Foto: Ilustrasi shooping.

SEWAKTU.com – Ramai di media sosial, istilah Rohana (rombongan hanya nanya-nanya) dan Rojali (rombongan jarang beli) kini jadi perbincangan serius.

Fenomena ini tak sekadar guyonan netizen, melainkan gambaran nyata situasi ekonomi masyarakat Indonesia.

Mall terlihat padat, food court penuh, namun toko-toko fashion, elektronik, dan kosmetik justru sepi transaksi. Dari luar tampak semarak, tapi di baliknya ada cerita soal melemahnya daya beli masyarakat.

Baca Juga: Cerita di Balik Fenomena Rohana dan Rojali di Mall Indonesia, Mall Ramai tapi Kantong Sepi

Rohana & Rojali: Sekadar Tren atau Alarm Ekonomi?

Fenomena Rohana dan Rojali bisa dibaca dari dua sudut pandang:

  1. Tren Sosial Baru – Masyarakat menjadikan mall sebagai ruang hiburan murah. Jalan-jalan, foto, dan “cuci mata” cukup jadi alasan datang ke pusat perbelanjaan, meski tanpa belanja.
  2. Alarm Ekonomi – Jika semakin banyak orang hanya melihat-lihat tanpa membeli, artinya ada masalah serius pada konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Data Ekonomi yang Mendukung

  • Inflasi Pangan: Harga beras medium menembus Rp15.950/kg, disusul kenaikan gula, minyak, dan daging.
  • Pertumbuhan Konsumsi Non-Esensial: Bank Indonesia mencatat penurunan tajam pada sektor fashion, kosmetik, dan elektronik.
  • Survey Pasar Ritel: Beberapa asosiasi ritel mengaku omzet turun 20–30% dalam setahun terakhir, meski jumlah kunjungan mall stabil.

Baca Juga: Tren Rohana & Rojali: Saat Belanja Jadi Sekadar Hiburan atau Gaya Hidup Baru?

Solusi yang Bisa Didorong

Fenomena Rohana dan Rojali sebetulnya bisa jadi peluang, bukan hanya masalah, jika dikelola dengan baik. Beberapa solusi yang bisa dilakukan:

1. Kebijakan Pemerintah

  • Subsidi pangan agar harga pokok stabil.
  • Stimulus konsumsi untuk kelas menengah.
  • Program diskon bersubsidi atau cashback Bansos Digital.

2. Strategi Ritel & Mall

  • Membuat konsep experiential shopping, misalnya demo produk, hiburan live, atau area interaktif.
  • Memperbanyak promo kreatif yang memancing transaksi spontan.
  • Mengintegrasikan offline–online agar window shopping bisa diarahkan ke pembelian digital.

Baca Juga: Fenomena Rohana dan Rojali, Kenapa Orang Indonesia Hanya 'Window Shopping'?

Fenomena Global

Halaman:

Tags

Terkini