SEWAKTU.com - Sebagian masyarakat Jawa percaya pada hari baik dan hari buruk.
Adanya hari baik dan hari buruk menjadi pedoman untuk melakukan hal-hal seperti mengadakan hajatan pasa masyarakat Jawa.
Selain memiliki hari-hari baik, masyarakat Jawa juga memiliki bulan-bulan yang dianggap baik dan buruk,
Bulan-bulan yang dianggap buruk biasanya dikaitkan dengan mengadakan perayaan, mulai bekerja, dan memulai usaha.
Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Idul Adha Tentang Tiga Hal yang Harus Dipenuhi Sebelum Berkurban
Bulan-bulan yang dianggap sial termasuk bulan Suro dan bulan Selo, yang dianggap sebagai bulan yang buruk dalam hal pernikahan atau perayaan.
Sampai saat ini, orang Jawa tidak berani melanggar pantangan tersebut karena membawa sial, masalah yang tidak ada habisnya dalam hidup.
Itu sebabnya sangat sedikit orang yang mengadakan pernikahan atau membawa orang banyak bulan ini.
Ternyata adanya larangan tersebut tidak lahir begitu saja, adanya larangan menggelar acara pernikahan di bulan Suro ternyata menyimpan landasan tersendiri.
Baca Juga: Agar Selalu Terlihat Awet Muda, Kim Kardashian Ngaku Ingin Makan Kotoran
Apakah landasan adanya larangan tersebut? Gus Muwafiq menjelaskan adanya larangan tersebut berkaitan dengan bulan dukanya umat Islam.
Seperti dikutip dari kanal Youtube Gus Muwafiq Channel, “Bulan Suro adalah bulan dukanya umat muslim sedunia,” kata Gus Muwafiq.
“Pada bulan Suro atau bulan Muharram merupakan bulan duka, pada bulan ini terjadi pertempuran hebat di karbala antara Yazid bin Muawiyah dengan Husain bin Ali,” terang Gus Muwafiq.
Artikel Terkait
Ilmu Kebal Lembu Sekilan, Ilmu Kebal Khas Jawa Berfungsi untuk Menangkis Serangan
Ilmu Dalam Kejawen Dari Jawa, Inilah Ilmu yang Diajarkan
Kenali 4 Ilmu Kejawen Asli Jawa, Ada yang di Percaya Bisa Hidup Abadi
8 Pantangan Ilmu Putih dari Ilmu Kejawen Jawa Kuno, Hindari Pantangan ini
Ajian dan Ilmu Kejawen dari Jawa Kuno, Ada Beberapa Jenis