Vivi menilai, kualitas pendidikan di sekolah negeri Jepang sangat baik dan merata, sehingga ia tak ragu memilih sekolah tersebut untuk anaknya. Sebagai perbandingan, sekolah swasta mungkin menetapkan biaya dan persyaratan tambahan, tergantung kebijakan masing-masing.
Di luar aspek akademik, sistem pendidikan di Jepang juga menanamkan nilai kemandirian sejak dini. Anak-anak SD umumnya berangkat dan pulang sekolah sendiri tanpa diantar oleh orang tua. “Jadi tidak ada waktu untuk bertemu sesama orang tua di lingkungan sekolah. Interaksi antar wali murid cukup terbatas,” ujarnya.
Dalam perjalanannya, anak Vivi juga pernah mengalami insiden iseng dari teman laki-lakinya, yang sempat menurunkan celana luarnya saat bermain. Vivi dan suaminya segera menindaklanjuti dengan menyampaikan surat kepada guru. Pihak sekolah pun langsung memanggil pelaku, menasihatinya, dan anak itu meminta maaf secara langsung. Sejak saat itu, insiden serupa tidak pernah terjadi lagi.
Saat ini, Vivi aktif membagikan berbagai cerita dan informasi seputar kehidupannya sebagai ibu migran di Jepang melalui media sosial. Melalui video-video yang ia unggah di akun Instagramnya, @vivi.elvisuryani, ia berharap pengalamannya bisa menjadi referensi bagi keluarga Indonesia lainnya yang berencana tinggal dan menyekolahkan anak di Jepang.
Artikel Terkait
Tata Cara Pendaftaran SPMB Kota Bekasi 2025 untuk Jenjang SD dan SMP
Sekda Ajat Tekankan Integritas dalam SPMB di Kabupaten Bogor, Pastikan Akses Pendidikan Bebas dari Praktik Curang
Wali Kota Bandung Tegaskan Komitmen Bersihkan SPMB dari Praktik Curang, Muhammad Farhan: Kita kerja bareng..
Wali Kota Farhan Buka MPLS 2025 di Bandung, Tekankan Pendidikan Bermakna dan Inklusif
Wagub Jabar Ajak Siswa Jadikan MPLS sebagai Momentum Bangun Disiplin dan Karakter