“Di uji coba ini, harapannya PT INKA dapat melihat apa saja yang masih perlu dikembangkan dari sisi teknologi,” kata Dedie.
Jika uji coba berjalan lancar dan trem resmi dioperasikan, lintasan akan diperluas hingga mencakup kawasan Sistem Satu Arah (SSA) dan Kebun Raya Bogor. Panjang lintasan penuh diperkirakan mencapai 7 hingga 9 kilometer. Pemerintah Kota Bogor juga memastikan koordinasi akan dilakukan dengan Kementerian Perhubungan dalam setiap tahap pengembangan.
Dedie menambahkan, kehadiran trem diharapkan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat agar mulai beralih ke transportasi publik yang ramah lingkungan. Ia juga memastikan aspek keselamatan menjadi perhatian, mengingat bobot trem tidak jauh berbeda dengan bus atau truk dan dinilai aman melintasi jembatan seperti Otista.
“Alhamdulillah, hari ini kita sampai pada momentum penting di mana trem bisa segera dimulai di Kota Bogor,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT INKA Eko Purwanto menyatakan pihaknya siap mendukung penuh rencana Pemkot Bogor. Ia menegaskan kualitas trem buatan dalam negeri tidak kalah dengan produk luar negeri dan seluruh sarana uji coba akan disiapkan oleh PT INKA.
“Pengembangan trem ini sudah kami mulai sejak 2018 dan telah diuji di beberapa kota seperti Solo. Untuk uji coba di Bogor, sarana akan kami siapkan,” kata Eko.
Berdasarkan rencana, trem Kota Bogor akan memiliki 17 halte dan berfungsi sebagai pengumpan (feeder) menuju LRT yang direncanakan terhubung hingga Terminal Baranangsiang.
Pemerintah berharap integrasi ini mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Hujan.
Pengamat transportasi Yayat Supriatna menilai rencana pengoperasian trem sebagai langkah strategis dalam membenahi sistem transportasi massal Bogor.
Menurutnya, transportasi berbasis rel menjadi kunci jika pemerintah ingin mendorong peralihan penggunaan angkutan umum hingga 60 persen.
“Kalau ingin mendorong warga Bogor menggunakan transportasi publik, jawabannya adalah moda berbasis rel,” ujar Yayat.
Ia mencontohkan keberhasilan Jakarta dalam mengembangkan MRT, LRT, dan KRL yang memberikan kepastian waktu tempuh dan kapasitas besar.
Teknologi trem berbasis baterai juga dinilai lebih praktis karena tidak membutuhkan kabel atas maupun tambahan prasarana besar.
“Dua gerbong trem bertenaga baterai setara dengan dua bus, tinggal memastikan kekuatan infrastruktur seperti jembatan,” tuturnya.
Selain fungsi transportasi, trem juga dinilai dapat memperkuat citra Bogor sebagai kota dengan konsep transportasi hijau.
Artikel Terkait
Komitmen Layanan Publik, Pemkot dan DPRD Bogor Setujui Perpanjangan Kerja Sama TPAS Galuga
Jaga Stabilitas Ekonomi, DPRD Kota Bogor Mulai Bahas Raperda Pengaturan Pasar Rakyat dan Toko Swalayan
Dorong Penurunan Stunting, Pemkot Bogor Beri Penghargaan kepada Aparatur Wilayah
Bupati Bogor Tinjau Integrasi Setu Kabantenan–Setu Cikaret, Siapkan Destinasi Wisata Air Baru
Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemuda Jadi Pemimpin Lingkungan Masa Depan
Tingkatkan Kualitas Hidup Warga, DPRD Kota Bogor Dorong Hadirnya Taman Lingkungan Graha Grande