news

Belajar dari Kasus Dina Oktaviani: Saat Rasa Percaya Jadi Senjata Paling Berbahaya

Kamis, 9 Oktober 2025 | 16:43 WIB
Arus Sungai Citarum tempat jasad Dina ditemukan, kini menjadi simbol duka dan refleksi sosial tentang kepercayaan dan kekuasaan.

Baca Juga: Pembunuhan Dina Oktaviani Terungkap, Pelaku Rupanya Atasan Sendiri dengan Motif Ekonomi

Jangan Takut Berkata Tidak

Dina hanya ingin sembuh dari luka hatinya, tapi ia tidak tahu bagaimana menolak ajakan orang yang ia anggap lebih tahu.

Padahal, menolak adalah bentuk perlindungan diri. Budaya sungkan atau takut dianggap tidak sopan sering kali membuat banyak orang terutama perempuan muda berada dalam posisi rentan.

Menolak bukan berarti tidak menghormati. Menolak berarti tahu batas dan menjaga keselamatan diri.

Baca Juga: Dari Galau Berujung Kematian, Tragedi Dina Oktaviani Gegerkan Karawang

Literasi Spiritual dan Rasionalitas

Dalam kasus ini, pelaku memanfaatkan kepercayaan masyarakat terhadap praktik spiritual.

Bukan berarti semua hal spiritual salah, tapi literasi sangat dibutuhkan. Kita perlu tahu kapan “bantuan spiritual” berubah jadi modus kejahatan.

Sadarilah, tidak ada ritual yang mengharuskan seseorang pergi sendirian ke rumah orang yang tidak terlalu dikenal, apalagi di malam hari.

Jangan Diam Saat Ada Tanda Bahaya

Terkadang, sinyal bahaya sudah terlihat jauh sebelum tragedi terjadi pesan aneh, permintaan tidak wajar, atau ajakan pribadi dari rekan kerja yang tidak semestinya.

Sayangnya, banyak orang memilih diam karena takut dianggap berlebihan. Padahal, laporan kecil bisa mencegah tragedi besar.

Masyarakat juga berperan penting tetangga, teman, rekan kerja untuk lebih peka terhadap tanda-tanda orang di sekitar kita yang mungkin dalam bahaya.

Baca Juga: Kisah Dina Oktaviani dan Wajah Gelap Relasi Kuasa di Tempat Kerja

Halaman:

Tags

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB