Pelanggan yang tidak memakai skor bot memang relatif aman, tapi sebagian besar layanan global menggunakan modul ini sebagai keamanan tambahan itulah sebabnya dampaknya begitu luas.
Untuk mengatasi gangguan serupa, Cloudflare menyiapkan mitigasi:
- Mengetatkan ingestion file konfigurasi internal.
- Mengaktifkan lebih banyak global kill switches.
- Menghapus potensi core dump yang membebani sistem.
- Meninjau ulang mekanisme kegagalan pada modul proxy inti.
Cloudflare mengakui bahwa struktur internet modern terlalu bergantung pada sedikit penyedia besar. Dan ketika salah satu penyedia itu mengalami gangguan, efeknya bisa seperti gempa digital.
Baca Juga: Sinopsis Film Wicked 2, Kisah Persahabatan, Takdir, dan Konflik Baru Elphaba
Kapan X/Twitter Mulai Error?
Gangguan pada Cloudflare paling terasa di Indonesia melalui platform X/Twitter. Pada 18.36 WIB, feed tiba-tiba tidak memuat postingan apa pun. Pesan yang muncul: “something is wrong”
Laporan ke Downdetector mencapai lebih dari 1.016 kasus dalam hitungan menit.
Distribusi laporan:
- 59% tidak dapat terhubung ke server
- 30% tidak bisa membuka aplikasi mobile
- 10% tidak bisa mengakses via web
Tagar “Ini X”, “Twitter Error”, dan “Error” langsung menjadi trending topic. Ironisnya, Downdetector yang dipakai untuk memantau gangguan juga ikut mengalami error karena memakai Cloudflare.
Di sisi lain, ChatGPT, Canva, dan berbagai platform global mengalami “down bergelombang” hingga beberapa jam.
Ketergantungan pada Cloudflare memperlihatkan rapuhnya infrastruktur internet global. Sebuah gangguan internal di satu titik saja bisa menimbulkan efek berantai dari Amerika Serikat sampai Indonesia.
Bagi Komdigi, kasus ini menjadi pengingat bahwa kepatuhan PSE, regulasi yang tegas, dan kerja sama sehat dengan platform global bukan sekadar formalitas tapi kebutuhan utama untuk menjaga ruang digital tetap aman.***