SEWAKTU.com - Memasuki musim hujan, kondisi cuaca yang berubah-ubah dan suhu udara yang cenderung dingin membuat daya tahan tubuh banyak orang menurun.
Situasi ini memicu peningkatan kasus batuk dan pilek musiman di berbagai daerah, terutama di wilayah perkotaan yang tingkat polusi udaranya cukup tinggi.
Meski sering dianggap penyakit ringan dan biasa dialami, batuk serta pilek ternyata bisa menjadi pertanda awal dari infeksi yang lebih serius apabila diabaikan terlalu lama.
Dokter umum RSUD Ciawi, dr. Rahmawati, menjelaskan bahwa penyebab utama batuk dan pilek musiman adalah infeksi virus, terutama rhinovirus, influenza virus, dan coronavirus musiman yang mudah menular lewat udara maupun sentuhan.
“Biasanya, batuk dan pilek memang bersifat ringan dan bisa sembuh dengan istirahat serta asupan nutrisi yang cukup. Namun, bila berlangsung lebih dari satu minggu, disertai gejala seperti demam tinggi, nyeri tenggorokan hebat, badan terasa lemas, atau bahkan sesak napas, bisa jadi infeksinya sudah menjalar ke bagian saluran pernapasan bawah,” jelasnya.
Lebih lanjut, dr. Rahmawati menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh menyepelekan gejala ringan seperti bersin-bersin atau batuk kecil, terutama jika disertai dengan keluhan lainnya.
“Banyak pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah berat karena sejak awal menganggap batuk pilek itu penyakit biasa. Padahal, pada orang dengan sistem imun rendah, anak-anak, lansia, atau pasien dengan penyakit penyerta seperti asma, diabetes, dan jantung, risiko komplikasi sangat besar,” tambahnya.
Beberapa komplikasi yang bisa timbul akibat batuk dan pilek yang tidak ditangani dengan baik antara lain bronkitis, sinusitis, otitis media (infeksi telinga), hingga pneumonia atau radang paru-paru. Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan serius dan memerlukan penanganan medis intensif.
Selain itu, dr. Rahmawati juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang sering membeli obat batuk dan pilek secara bebas di apotek tanpa resep dokter.
“Boleh saja menggunakan obat pereda gejala ringan, tapi harus hati-hati dalam memilih obat, terutama yang mengandung dekongestan atau antihistamin, karena tidak semua orang cocok. Dan yang paling penting, jangan sembarangan menggunakan antibiotik, sebab sebagian besar kasus batuk pilek disebabkan oleh virus, bukan bakteri,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menimbulkan resistansi antibiotik, yaitu kondisi di mana bakteri menjadi kebal terhadap obat.
Hal ini berbahaya karena membuat infeksi di masa depan lebih sulit disembuhkan dan membutuhkan perawatan yang lebih mahal.
Untuk mencegah penularan batuk dan pilek di musim pancaroba ini, masyarakat disarankan untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Rutin mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan masker di tempat umum, dan menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit menjadi langkah paling sederhana namun efektif untuk mencegah penyebaran virus.
Artikel Terkait
Kemenkes: Gejala Omicron Paling Banyak adalah Batuk dan Pilek
Batuk Kering vs. Batuk Berdahak: Beda Gejala dan Cara Mengobatinya!
5 Ramuan Herbal Ampuh untuk Batuk yang Terbukti Berkhasiat!
Waspada! Batuk Kronis Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius, Simak Solusinya!
Mengatasi Batuk Parah: 6 Obat Rumahan Ampuh untuk Cepat Meredakan Gejala!