Aspar Paturusi
DUNIA KITA, DUNIA YANG TERBAKAR MATAHARI
jadilah pantai yang teduh
menunggu nasib berlabuh
tabah menjelma dari angin pasrah
sabar mengukir di awan “nrimo”
seruling meniupkan lagu ini
ketika kita berjalan subuh hari
tapi kita sudah lama bertolak dari dunia kecil
semasa bermain gundukan pasir putih
tertawa riang menyaksikan pasir luluh di kaki ombak
kita bentuk dengan cermat lagi
lalu membiarkannya pecah-pecah
bocah-bocah jenaka
impian-impian bersahaja
kini kita melangkah lewat tebing-tebing
dengan deru ombak yang tak lembut lagi
akankah kita bersenandung lagu lama
atau serentak menanggalkan mimpi
lebih pasti menyalakan mata dan hati:
dunia kita, dunia yang terbakar matahari
Baca Juga: SELAMAT YA! P3K PPPK 2024 Bakal Istimewa Untuk Honorer Masa Kerja Lama & Usia Tua Info A1 BKN
Ajip Rosidi
KEPADA JAKARTA
Kukutuk kau dalam debu keringat kota
Karena di balik keharuan paling dalam
Mengintip malaria
Kucinta kau kala senja
Mentari mengubur sinar menyirat bukit-bukit atap
Menari di kening-kening rumah, membelai perut sungai
Lalu lintas bergegas, kelip lampu becak
Semua makin pudar, semua jadi samar
Lahir kembali dalam kecerlangan malam
Mengambang mobil-mobil hitam di aspal hitam
Kucinta kau dalam ketelanjangan malam
Penuh warna dalam keriahan kemilang
Sibuk dalam kelengangan arah
Menjauhi sudut jiwa paling sepi
Menyaruk-nyaruk jalan menyusur kali
Becermin dipermukaan air kemilau
Bulan rendah seolah terjangkau
Kucinta kau kalau dinihari
Redam batuk memecah sunyi
Dan nyanyian tukang beca
Mengadukan nasib pada langit
Dan bintang yang tak mau ngerti
Kucinta Jakarta
Karena kau kota kelahiran kedua
Yudhistira ANM Massardi
KUDENGAR SUNYI