SEWAKTU.com - Berikut Psikologi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus atau disingkat dengan ABK adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan secara fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional.
Umumnya, terdapat beberapa jenis ABK, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, kesulitan belajar, gifte, dan talented. Lalu, bagaimana Psikologi anak berkebutuhan khusus?
Anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut tentunya memiliki kondisi yang berbeda dengan anak pada umumnya sehingga mereka juga dapat mempunyai kondisi psikologis yang berbeda. Lantas, seperti apa Psikologi anak berkebutuhan khusus?
Kondisi keterbatasan atau justru memiliki kemampuan luar biasa bisa jadi berdampak pada psikologisnya. Oleh sebab itu, diperlukan upaya agar mereka tetap dapat hidup sejahtera. Simak Psikologi anak berkebutuhan khusus, yaitu:
Baca Juga: 5 Psikologi Menangis Saat Tidur, Apa Sebenarnya Penyebab Menangis Saat Tidur Ini?
1. Merasa Rendah Diri dan Malu
Rasa rendah diri dan malu sangat wajar dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Bahkan dari istilah cacat atau disabilitas yang sering diucapkan oleh orang-orang pada umumnya juga dapat membuat anak dengan kondisi berbeda ini semakin merasa rendah diri.
Ditambah lagi dengan tentunya kondisi mereka yang tidak sama seperti anak-anak lain membuat mereka sulit mendapatkan kepercayaan diri dan citra diri yang cenderung negatif. Anak berkebutuhan khusus mungkin berpikir mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang umumnya dapat dilakukan oleh anak seusia mereka dengan baik.
Sehingga, akan cenderung menutup diri dan tidak berani untuk bergabung dengan teman-temannya. Terlebih jika kondisinya berkaitan dengan fisik yang dapat dilihat secara langsung dapat memunculkan rasa minder atau harga diri rendah.
2. Lamban dalam Berpikir
Tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki keterlambatan dalam berpikir sebab tergantung pada jenis kondisinya. Akan tetapi, anak-anak yang memiliki keterbatasan pada kondisi intelektualnya cenderung tidak dapat berpikir dengan kecepatan atau kemampuan yang sama seperti anak pada umumnya.
Misalnya, pada anak yang tidak dapat mendengar dengan baik, mereka tidak dapat menerima informasi secara verbal sehingga untuk hal-hal yang berupa konsep abstrak, seperti hubungan sosial dan penggunaan bahasa, mereka kurang mampu memahaminya dengan baik dan perlu bantuan atau teknik tertentu dengan standar yang berbeda dengan anak-anak lainnya.
3. Kemampuan Sosial Kurang Maksimal
Kondisi yang dimiliki anak berkebutuhan khusus juga dapat mengganggu kemampuannya secara sosial untuk dapat membentuk interaksi dengan orang lain, membangun komunikasi, menjalin hubungan, dan sebagainya sebab mungkin ada rasa tidak percaya diri atau memang keterbatasannya membuat mereka kurang dapat bersosialisasi.