Mantra Santet Osing, Tradisi Lisan di Banyuwangi? Begini Penjelasan Ilmiahnya

- Senin, 25 Juli 2022 | 16:05 WIB
Illustrasi Mantra Santet Osing, Tradisi Lisan di Banyuwangi? Begini Penjelasan Ilmiahnya. (Foto/Pinterest.)
Illustrasi Mantra Santet Osing, Tradisi Lisan di Banyuwangi? Begini Penjelasan Ilmiahnya. (Foto/Pinterest.)

SEWAKTU.COM - Penjelasan lengkap mantra santet Osing. Masyarakat Osing, Banyuwangi, dikenal memiliki khazanah kearifan lokal berupa tradisi lisan, di antaranya mantra dan ritual.

Dibagi menjadi empat kategori mantra santet Osing, yakni ilmu hitam (Sihir), merah (Santet Merah/mesisan benthet), kuning (Santet Kuning/mesisan kanthet), dan putih (Ajat). 

Sedangkan ritual yang dianggap paling tua dan tetap diuri-uri hingga kini serta menggunakan mantra (mantra Ajat) adalah ritual Seblang, baik Seblang Olehsari maupun Seblang Bakungan. Simak mantra santet Osing.

Baca Juga: Ilmu Pelet Jarak Jauh Paling Cepat Reaksinya, Tanpa Harus Puasa Langsung Praktek

Penelitian ini dibatasi pada mantra Santet Merah, Santet Kuning, Ajat pada Seblang Olehsari, dan Ajat pada Seblang Bakungan. Pertanyaan penelitian yang muncul adalah:

  1. Bagaimana karakteristik kelisanan dan formula mantra Using?
  2. Bagaimana pandangan orang Using tentang mantra Using?
  3. Bagaimana implikasi fungsional-struktural mantra dan ritualnya terhadap masyarakat Using, Banyuwangi?

Metode penelitian menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan tekstual (formula kelisanan) dan pendekatan etnografi (menekankan perspektif emik).

Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi literatur, sedangkan analisis difokuskan pada analisis formula dan fungsi. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam ranah kelisanan dan formula.

Baca Juga: Apa Itu Ilmu Pelet Jaran Goyang? Begini Penjelasannya

Karakteristik kelisanan mantra Osing (Santet Merah, Santet Kuning, Ajat pada Seblang Olehsari, dan Ajat pada Seblang Bakungan) didominasi sifat agregatif dan redundansi, terutama pada mantra-mantra jenis Santet.

Mantra-mantra Santet dan Ajat dilisankan dengan lenisi-dalam (dibatin) karena bersifat sakral. Kelisanan mantra Using tidak hanya berhenti pada tahap kelisanan primer (primary orality) tetapi telah memasuki tahap kelisanan sekunder (secondary orality) yang ditandai dengan munculnya transformasi (dari peradaban lisan ke khirografik, tipografik, dan elektronik).

Mantra Osing bersifat formulaik karena memiliki formula yang dominan. Mantra-mantra jenis Santet lebih bersifat dinamis (mengakomodasi pengaruh Islam, mengalami transformasi), sedangkan mantra-mantra Ajat cenderung statis (mengutamakan penghormatan kepada cikal bakal, dhanyang, dan leluhur).

Baca Juga: Ilmu Pelet Sebut Nama, Buat Dia Gelisah dan Merasakan Beratnya Rindu Pada Anda

Dalam ranah pandangan orang Using terhadap mantra, adanya keyakinan bagi pewaris aktif (dukun, wong pinter, "tukang", dan pawang) bahwa mantra merupakan sarana untuk hidup.

Baik sebagai sarana utama maupun sarana pelengkap, dengan beragam tujuan (untuk mencelakai, pengasihan berdendam, pengasihan tulus, dan keselamatan), sedangkan bagi pewaris pasif mantra merupakan solusi alternatif, baik didasarkan atas kesadaran maupun kebutuhan, dengan beragam tujuan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ananta Wira Mahmuda

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X