Fenomena Sosial Pernikahan Tarman- Shela: Antara Cinta dan Norma yang Sesungguhnya

- Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:00 WIB
Fenomena sosial: Pernikahan Tarman (74) dan Shela (24) di Pacitan picu perdebatan tentang usia, mahar, dan makna cinta. Foto: Tangkapan Layar.
Fenomena sosial: Pernikahan Tarman (74) dan Shela (24) di Pacitan picu perdebatan tentang usia, mahar, dan makna cinta. Foto: Tangkapan Layar.

Reaksi Publik: Dari Kekaguman hingga Kritik

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana opini publik di era digital bergerak secepat algoritma. Dalam satu sisi, ada yang menganggap kisah Tarman dan Shela sebagai bentuk cinta tulus tanpa batas usia.

Namun di sisi lain, muncul kritik soal ketimpangan relasi kuasa — bagaimana perbedaan usia dan ekonomi bisa menciptakan persepsi timpang dalam hubungan.

Komentar publik menggambarkan dua kutub:

“Kalau sudah cinta, umur cuma angka,” tulis seorang pengguna TikTok.

Mahar 3 miliar itu bukti uang bisa membeli segalanya,” sindir yang lain.

Menimbang dari Sisi Budaya dan Agama

Dalam konteks budaya Indonesia, pernikahan bukan sekadar penyatuan dua individu, tetapi juga dua keluarga dan dua sistem nilai. Usia, ekonomi, dan restu sosial sering menjadi pertimbangan besar.

Namun agama memberi ruang selama syarat sah terpenuhi sebagaimana ditegaskan pemerintah desa, pernikahan ini sah secara agama dan negara.

Fenomena seperti ini membuka diskusi tentang batas modernitas dan tradisi. Di satu sisi, masyarakat semakin terbuka terhadap kebebasan memilih pasangan. Di sisi lain, nilai-nilai sosial masih menempatkan kesetaraan usia dan ekonomi sebagai simbol 'ideal' sebuah pernikahan.

Baca Juga: Kabupaten Bekasi Masuk Daftar Wilayah Program PSEL Nasional, Ade Kunang Pastikan Persiapan Mulai Tahun Depan

Makna Mahar dalam Perspektif Sosial

Mahar Rp 3 miliar yang disebut dalam prosesi itu menjadi simbol baru dalam diskursus sosial.

Angka fantastis tersebut memunculkan pertanyaan, apakah mahar masih sekadar “simbol penghargaan”, atau sudah menjadi “tolak ukur nilai” dalam masyarakat modern?

Sosiolog menilai, fenomena seperti ini sering kali mencerminkan perubahan pola pikir masyarakat yang semakin materialistis, di mana nilai cinta kadang diukur dari nominal. Namun tak sedikit pula yang beranggapan, mahar besar bisa jadi bentuk tanggung jawab dan penghormatan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Mahmud Amsori

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KPK Gelar OTT di Banten, 9 Orang Langsung Diamankan

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:42 WIB
X